Kamis, 15 November 2012

Eksistensi HMI MPO Cabang Mataram di tengah pergolakan pemikiran kader


               Eksitensi HMI MPO Cabang Mataram di tengah Pergolakan Pemikiran Kader
Muh. Ikhsanul Yakin (Can Al- Jabar) ketua bidang PTK HMI MPO Mataram 2010-2011
Mataram, 19 Oktober 2012 18.00 wita
1). Periodesasi Lahirnya HMI MPO Mataram
          Salah satu indicator kemapanan dan keberhasilan dari sebuah organisasi adalah ketika ia mampu mewarnai laju gerak dinamika social. HMI MPO (Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi) sebagai organisasi kemahasiswaan islam tertua dan terbesar se-Indonesia terus membawa obor perubahan dan mengawal jalannya demokrasi di tengah percaturan politik nasional di berbagai fase perkembangan bangsa mulai era orde lama, orde baru sampai era reformasi sekarang. Sejak dibentuk tahun 1947 dengan dua pilar utama yaitu keislaman dan keindonesiaan, Himpunan Mahasiswa Islam (MPO) di harapkan mampu mempercepat proses perubahan yang banyak di dambakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Sebagai salah satu organisasi bagian dari bangsa Indonesia, merupakan tanggungjawab social sekaligus tanggungjawab moral untuk melaksanakan tugas tersebut. Di deklarasikannya HMI MPO cabang mataram pada tahun 2006 yang di pelopori oleh Syarifuddin dkk tidak terlepas dari situasi percaturan politik nasional maupun daerah, tapi penulis lebih tertarik melakukan penelitian pada lahirnya HMI MPO Cabang Mataram akibat suhu panas politik gerakan mahasiswa di kampus IKIP Mataram dalam mempresur beberapa kebijakan kampus yang tidak berorientasi pada mahasiswa dan kampus saat itu dijadikan arena pertarungan elit-elit birokrat untuk menjadi orang nomor 1 (rektor). Beberapa aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan termasuk dari HMI MPO menginginkan kampus menjadi sebuah lembaga yang menjadi titik pangkal perubahan social, karena pada dasarnya kampus adalah lembaga pendidikan untuk mencetak intelektual muda yang memiliki semangat perubahan seiring dengan semakin kompleksnya persoalan social. Seperti kita ketahui bersama, bahwa pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan secara sistematis untuk mencetak peserta didik yang bermoral, kritis, dinamis, progresif dalam bertindak.
          Bermula pada kematian aktivis kampus yang bernama M. Ridwan di penghujung Agustus 2006 frustasi dari beberapa mahasiswa kian memuncak di karenakan beberapa organisasi berskala nasional maupun daerah bersikap apatis dalam mempresur dan mempercepat penyelesaian kasus pembunuhan mahasiswa tersebut, beberapa gerakan mahasiswa di kekang, di intimidasi dan terpaksa tiarap. Seiring dengan kondisi di atas Syarif dkk mengkoordinasikan diri untuk pembentukan sebuah organisasi besar yang mampu menampung beberapa aspirasi kampus lewat BADKO INBAGTIM (Sebutan Badan Koordinasi HMI sebelum berubah menjadi Badko SULAMBANUSA) untuk mendeklarasikan lahirnya HMI MPO di Kota Mataram NTB. Di latarbelakangi oleh keinginan dari beberapa kelompok ekstrim mahasiswa untuk berpikir progresif dan organisasi sebagai wadah untuk berproses memanusiakan manusia serta mampu membentuk karakter kebangsaan, HMI cabang Mataram pun di deklarasikan sebagai wadah berideologikan islam yang memiliki misi amar ma’ruf nahi munkar dan mencerdaskan kehidupan anak bangsa serta berpraktik-praktik menurut syariah islam.
2. Hijau Hitamnya Langit Kota Mataram
          Penulis masuk dan bergabung dengan HMI MPO cabang Mataram pada penghujung tahun 2008, maka dinamika HMI cabang Mataram pada rentang tahun 2006 s/d pertengahan tahun 2008 penulis belum memahaminya secara mendetail hanya mendapatkan informasi melalui observasi terhadap beberapa alumni asli yang dari Cabang Mataram dan mengumpulkan data yang terdapat pada arsip-arsip. Semenjak 2006 HMI MPO Cabang Mataram menjadi bagian dari organisasi kemahasiswaan yang bernafaskan islam dalam mengemban amanat rakyat NTB dan membawa misi keislaman untuk di transformasikan ke berbagai perguruan tinggi lewat pendidikan dan pelatihan melalui silabus HMI yang memuat latihan Kader I dst. Pada periode awal kepemimpinan ini (2006-2007) penulis mencoba menggeneralisasi sebagai periode penemuan identitas organisasi, proses transformasi nilai-nilai dan ruh HMI, konsolidasi internal, dan berdiaspora di berbagai perguruan tinggi oleh beberapa pelopor untuk melakukan agitasi dan propaganda organisasi. Kemudian Priode (2007-2010) adalah masa rekonsolidasi kader. Penguatan basic keilmuan kader, penguatan langkah strategis dan taktik organisasi, aksi lapangan meningkat, budaya diskusi atau kajian semakin massif dan signifikan, ekspansi ke beberapa kampus negeri maupun swasta untuk membentuk komisariat. Dalam perjalanannya 4 tahun ini HMI MPO Cabang Mataram menjadi organisasi yang aktif memprotes kebijakan politik daerah yang tidak populis di kalangan rakyat dan turut melakukan aksi solidaritas terhadap kasus-kasus nasional yang belum terungkap serta menyuarakan kegagalan rezim dalam menyehatkan dan membuat system yang adil bagi bangsa dan Negara indonesia. Indikatornya HMI Mataram menjadi salah satu organisasi yang di segani dan memiliki banyak pengaruh di sector-sektor penting mahasiswa. Massifnya protes dari kalangan aktivis HMI Mataram membuat beberapa institusi di NTB mencap HMI sebagai salah satu gerakan yang bercorak konfrontasi terhadap pemerintah.
3). Arus Balik dan pergolakan pemikiran kader
          Dalam Sejarah komunitas mahasiswa dan pemuda di Indonesia maupun di belahan dunia manapun perbedaan sikap dan gagasan dalam organisasi menjadi sebab perpecahan yang sulit di damaikan, sebut saja perpecahan dalam internal Serikat Islam (SI Merah-SI Putih), HMI MPO-HMI Dipo (1986) dan sebagainya. Inilah sedikit ulasan sejarah yang sedang menghinggapi eksitensi HMI MPO Cabang Mataram di tengah pergolakan dinamika organisasi yang belum menemukan titik buntu penyelesaian, peran Badko dan PB HMI yang akan mampu memberikan resolusi dan menyehatkan kembali aparatur organisasi di bawahnya. Periode 2011 sampai sekarang menjadi awal titik lebur organisasi dalam mereduksi nilai-nilai dan ruh HMI. Intens dan terlibat jauhnya alumni dalam mendikte setiap langkah dan tindakkan kader menjadi boomerang polarisasi gerakan di internal HMI Cabang Mataram. HMI dalam Khittah Perjuangan memuat nilai independensi yang mana setiap kader bebas menentukan sikap tanpa dipolitisir oleh kepentingan koorporasi, kekuasaan, dan alumni. Ini yang membuat beberapa kawan-kawan yang tersadarkan untuk segera menyelamatkan HMI cabang mataram dari kontaminasi politik praktis dan membuat image HMI sebagai penjaga kekuasaan di bawah strategi permainan politik dedengkot HMI asal Jawa bagian selatan. Eksistensi alumni menjadikan HMI sebagai alat legitimasi untuk meraih dan kelanggengan kekuasaan. Beberapa kader HMI di paksa tiarap dalam segala perintah dan ucapannya (seperti hidup di zaman feodalisme).
          Independensi yang di tafsirkan dari Khittah Perjuangan menjadi angin lalu dan tidak mereka gubris, hokum rimba menjadi konstitusi mutlak dalam menyelesaikan persoalan. Ini yang menurut penulis pergeseran moral kader ke arah yang tidak tercermin proses kaderisasi HMI. Ideologisasi yang di bangun atas khittah perjuangan menggambarkan mindset berpikir kader harus tercermin lewat praktikum-praktikum di lapangan dan seterusnya menjadi cultur budaya pergaulan kader HMI..Perselisihan dalam Konfercab ke VI menjadi bukti lemahnya identitas kader dalam memaknai demokrasi, beberapa titipan alumni (walaupun masih kecil) di paksa bertarung dalam forum tersebut untuk mengamankan entitasnya sebagai kunci gerakan anak-anak HMI MPO Mataram di mana Presidium KAHMI NTB. Tidaklah kawan-kawan berpikir kalau kita hari ini sengaja di benturkan (clash) oleh beberapa orang yang memiliki kepentingan di belakang layar..semoga kita tersadarkan, dan memang kita adalah intelektual yang tersadarkan.
Bahagia HMI….
Yakin Usaha Sampai….