Eksitensi
HMI MPO Cabang Mataram di tengah Pergolakan Pemikiran Kader
Muh. Ikhsanul Yakin (Can Al- Jabar) ketua bidang PTK HMI MPO Mataram 2010-2011
Mataram, 19 Oktober 2012 18.00 wita
Muh. Ikhsanul Yakin (Can Al- Jabar) ketua bidang PTK HMI MPO Mataram 2010-2011
Mataram, 19 Oktober 2012 18.00 wita
1).
Periodesasi Lahirnya HMI MPO Mataram
Salah satu
indicator kemapanan dan keberhasilan dari sebuah organisasi adalah ketika ia
mampu mewarnai laju gerak dinamika social. HMI MPO (Himpunan Mahasiswa Islam
Majelis Penyelamat Organisasi) sebagai organisasi kemahasiswaan islam tertua
dan terbesar se-Indonesia terus membawa obor perubahan dan mengawal jalannya
demokrasi di tengah percaturan politik nasional di berbagai fase perkembangan
bangsa mulai era orde lama, orde baru sampai era reformasi sekarang. Sejak
dibentuk tahun 1947 dengan dua pilar utama yaitu keislaman dan keindonesiaan,
Himpunan Mahasiswa Islam (MPO) di harapkan mampu mempercepat proses perubahan
yang banyak di dambakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Sebagai salah satu
organisasi bagian dari bangsa Indonesia, merupakan tanggungjawab social
sekaligus tanggungjawab moral untuk melaksanakan tugas tersebut. Di
deklarasikannya HMI MPO cabang mataram pada tahun 2006 yang di pelopori oleh
Syarifuddin dkk tidak terlepas dari situasi percaturan politik nasional maupun
daerah, tapi penulis lebih tertarik melakukan penelitian pada lahirnya HMI MPO
Cabang Mataram akibat suhu panas politik gerakan mahasiswa di kampus IKIP
Mataram dalam mempresur beberapa kebijakan kampus yang tidak berorientasi pada
mahasiswa dan kampus saat itu dijadikan arena pertarungan elit-elit birokrat
untuk menjadi orang nomor 1 (rektor). Beberapa aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) dan termasuk dari HMI MPO menginginkan kampus menjadi sebuah lembaga yang
menjadi titik pangkal perubahan social, karena pada dasarnya kampus adalah
lembaga pendidikan untuk mencetak intelektual muda yang memiliki semangat
perubahan seiring dengan semakin kompleksnya persoalan social. Seperti kita
ketahui bersama, bahwa pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan secara sistematis
untuk mencetak peserta didik yang bermoral, kritis, dinamis, progresif dalam
bertindak.
Bermula
pada kematian aktivis kampus yang bernama M. Ridwan di penghujung Agustus 2006
frustasi dari beberapa mahasiswa kian memuncak di karenakan beberapa organisasi
berskala nasional maupun daerah bersikap apatis dalam mempresur dan mempercepat
penyelesaian kasus pembunuhan mahasiswa tersebut, beberapa gerakan mahasiswa di
kekang, di intimidasi dan terpaksa tiarap. Seiring dengan kondisi di atas
Syarif dkk mengkoordinasikan diri untuk pembentukan sebuah organisasi besar
yang mampu menampung beberapa aspirasi kampus lewat BADKO INBAGTIM (Sebutan
Badan Koordinasi HMI sebelum berubah menjadi Badko SULAMBANUSA) untuk
mendeklarasikan lahirnya HMI MPO di Kota Mataram NTB. Di latarbelakangi oleh keinginan dari beberapa kelompok ekstrim mahasiswa untuk
berpikir progresif dan organisasi sebagai wadah untuk berproses memanusiakan
manusia serta mampu membentuk karakter kebangsaan, HMI cabang Mataram pun di
deklarasikan sebagai wadah berideologikan islam yang memiliki misi amar ma’ruf
nahi munkar dan mencerdaskan kehidupan anak bangsa serta berpraktik-praktik
menurut syariah islam.
2. Hijau
Hitamnya Langit Kota Mataram
Penulis
masuk dan bergabung dengan HMI MPO cabang Mataram pada penghujung tahun 2008,
maka dinamika HMI cabang Mataram pada rentang tahun 2006 s/d pertengahan tahun
2008 penulis belum memahaminya secara mendetail hanya mendapatkan informasi
melalui observasi terhadap beberapa alumni asli yang dari Cabang Mataram dan
mengumpulkan data yang terdapat pada arsip-arsip. Semenjak
2006 HMI MPO Cabang Mataram menjadi bagian dari organisasi kemahasiswaan yang
bernafaskan islam dalam mengemban amanat rakyat NTB dan membawa misi keislaman
untuk di transformasikan ke berbagai perguruan tinggi lewat pendidikan dan
pelatihan melalui silabus HMI yang memuat latihan Kader I dst. Pada
periode awal kepemimpinan ini (2006-2007) penulis mencoba menggeneralisasi
sebagai periode penemuan identitas organisasi, proses transformasi nilai-nilai
dan ruh HMI, konsolidasi internal, dan berdiaspora di berbagai perguruan tinggi
oleh beberapa pelopor untuk melakukan agitasi dan propaganda organisasi.
Kemudian Priode (2007-2010) adalah masa rekonsolidasi kader. Penguatan basic
keilmuan kader, penguatan langkah strategis dan taktik organisasi, aksi
lapangan meningkat, budaya diskusi atau kajian semakin massif dan signifikan,
ekspansi ke beberapa kampus negeri maupun swasta untuk membentuk komisariat.
Dalam perjalanannya 4 tahun ini HMI MPO Cabang Mataram menjadi organisasi yang
aktif memprotes kebijakan politik daerah yang tidak populis di kalangan rakyat
dan turut melakukan aksi solidaritas terhadap kasus-kasus nasional yang belum
terungkap serta menyuarakan kegagalan rezim dalam menyehatkan dan membuat
system yang adil bagi bangsa dan Negara indonesia. Indikatornya HMI Mataram
menjadi salah satu organisasi yang di segani dan memiliki banyak pengaruh di
sector-sektor penting mahasiswa. Massifnya protes dari kalangan aktivis HMI
Mataram membuat beberapa institusi di NTB mencap HMI sebagai salah satu gerakan
yang bercorak konfrontasi terhadap pemerintah.
3). Arus
Balik dan pergolakan pemikiran kader
Dalam
Sejarah komunitas mahasiswa dan pemuda di Indonesia maupun di belahan dunia
manapun perbedaan sikap dan gagasan dalam organisasi menjadi sebab perpecahan
yang sulit di damaikan, sebut saja perpecahan dalam internal Serikat Islam (SI
Merah-SI Putih), HMI MPO-HMI Dipo (1986) dan sebagainya. Inilah sedikit ulasan
sejarah yang sedang menghinggapi eksitensi HMI MPO Cabang Mataram di tengah
pergolakan dinamika organisasi yang belum menemukan titik buntu penyelesaian,
peran Badko dan PB HMI yang akan mampu memberikan resolusi dan menyehatkan
kembali aparatur organisasi di bawahnya. Periode
2011 sampai sekarang menjadi awal titik lebur organisasi dalam mereduksi
nilai-nilai dan ruh HMI. Intens dan terlibat jauhnya alumni dalam mendikte
setiap langkah dan tindakkan kader menjadi boomerang polarisasi gerakan di
internal HMI Cabang Mataram. HMI dalam Khittah Perjuangan memuat nilai
independensi yang mana setiap kader bebas menentukan sikap tanpa dipolitisir
oleh kepentingan koorporasi, kekuasaan, dan alumni. Ini yang membuat beberapa
kawan-kawan yang tersadarkan untuk segera menyelamatkan HMI cabang mataram dari
kontaminasi politik praktis dan membuat image HMI sebagai penjaga kekuasaan di
bawah strategi permainan politik dedengkot HMI asal Jawa bagian selatan.
Eksistensi alumni menjadikan HMI sebagai alat legitimasi untuk meraih dan
kelanggengan kekuasaan. Beberapa kader HMI di paksa tiarap dalam segala
perintah dan ucapannya (seperti hidup di zaman feodalisme).
Independensi yang di tafsirkan dari Khittah Perjuangan menjadi angin lalu dan tidak mereka gubris, hokum rimba menjadi konstitusi mutlak dalam menyelesaikan persoalan. Ini yang menurut penulis pergeseran moral kader ke arah yang tidak tercermin proses kaderisasi HMI. Ideologisasi yang di bangun atas khittah perjuangan menggambarkan mindset berpikir kader harus tercermin lewat praktikum-praktikum di lapangan dan seterusnya menjadi cultur budaya pergaulan kader HMI..Perselisihan dalam Konfercab ke VI menjadi bukti lemahnya identitas kader dalam memaknai demokrasi, beberapa titipan alumni (walaupun masih kecil) di paksa bertarung dalam forum tersebut untuk mengamankan entitasnya sebagai kunci gerakan anak-anak HMI MPO Mataram di mana Presidium KAHMI NTB. Tidaklah kawan-kawan berpikir kalau kita hari ini sengaja di benturkan (clash) oleh beberapa orang yang memiliki kepentingan di belakang layar..semoga kita tersadarkan, dan memang kita adalah intelektual yang tersadarkan.
Independensi yang di tafsirkan dari Khittah Perjuangan menjadi angin lalu dan tidak mereka gubris, hokum rimba menjadi konstitusi mutlak dalam menyelesaikan persoalan. Ini yang menurut penulis pergeseran moral kader ke arah yang tidak tercermin proses kaderisasi HMI. Ideologisasi yang di bangun atas khittah perjuangan menggambarkan mindset berpikir kader harus tercermin lewat praktikum-praktikum di lapangan dan seterusnya menjadi cultur budaya pergaulan kader HMI..Perselisihan dalam Konfercab ke VI menjadi bukti lemahnya identitas kader dalam memaknai demokrasi, beberapa titipan alumni (walaupun masih kecil) di paksa bertarung dalam forum tersebut untuk mengamankan entitasnya sebagai kunci gerakan anak-anak HMI MPO Mataram di mana Presidium KAHMI NTB. Tidaklah kawan-kawan berpikir kalau kita hari ini sengaja di benturkan (clash) oleh beberapa orang yang memiliki kepentingan di belakang layar..semoga kita tersadarkan, dan memang kita adalah intelektual yang tersadarkan.
Bahagia HMI….
Yakin
Usaha Sampai….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar