Kamis, 08 November 2018

MAHASISWA AKTIVIS PERLAHAN MULAI MATI

Oleh : Jirin 
Semarang, 9 November 2018 

         Lambat laun  jaman perlahan-lahan mulai berubah. Warna warni dan raut wajah kehidupan yang unik sekarang mulai menampakan perubahan disetiap sisinya. Seiring berkembang pesatnya tekhnologi, yang dimana orang-orang cenderung menaruh sebagian hidupnya kepada hal-hal yang berbau online, ternyata ikut terbawa arus perubahan yang imbasnya kepada perubahan sikap dan perilaku. Baik itu perubahan didalam pergaulan hidup, maupun perubahan dalam ranah sosial budaya. Terlepas dari pada perubahan yang demikian, rupanya dunia kemahasiswaan juga ikut merasakan bagaimana hadirnya virus perubahan yang fatamorgana ini (perubahan semu yang sebenarnya tak berubah apa-apa), oleh arus kehidupan di jaman ini, yang dimana ikut mewarnai desas-desus kehidupan yang tengah menglobal. Tentunya perubahan yang dimaksud sering kali dirasakan oleh mahasiswa, baik yang dirasakan oleh mahasiswa itu sendiri maupun mantan mahasiswa karena mereka selalu mengamati setiap aktivitas mahasiswa yang beda jauh dari jamannya ketika mereka berstatus sebagai mahasiswa.
       Sadar maupun tidak sadar perubahan yang tengah terjadi telah ditunggangi oleh hadirnya budaya-budaya baru yang menyerang pada diri setiap mahasiswa, menipu mahasiswa bahwa dengan jalan budaya yang penuh kepalsuan ini semata-mata akan tercapai apa yg diinginkan. Budaya-budaya baru hadir seketika merubah perilaku bahkan mindset berpikirnya pun telah berubah, membawa mereka lebih memikirkan kearah yang lebih mengacu kepada hal-hal yang berbau instan. Contohnya saja banyak mahasiswa yang menjual berbagai produk barang lewat online, dengan upaya mengharapkan bahwa suatu saat nanti akan menjadi konglomerat, ada juga di lingkungan kampus bahkan didalam  ruangan kuliahpun telah di buka lapak barang dan makanan yang membuat suasana kampus seketika seperti pasar. Parahnya lagi dengan hadirnya judi online, rame-rame mereka ikut gandrungi, dengan mengharapkan mendapat uang banyak kalau mereka menang. Walaupupun lebih banyak yang dikeluarkan ketimbang yang di dapat, mereka tetap saja menekuni setiap harinya terus dilakukan bahkan mereka rela untuk begadang dengan mengharapkan jutaan rupiah akan masuk di ATM nya.
          Hilang lah tugas besarnya sebagai mahasiswa akibat budaya yang di gandrunginya itu. Belum lagi hadirnya film-film drama korea, dengan berbagai macam film yang tengah di rilis, oleh mahasiswa mereka  rela untuk nonton walau berjam-jam lamanya bahkan berhari-hari oleh karena terbawa rasa penasaran, belum lagi episode drakor yang banyak mereka rela untuk begadang sampai larut malam. Baperan pun kerap terjadi, kadang mereka mahasiswa yang menggandrungi dunia drama korea memasang foto fans drakornya di profil medsos masing-masing bahkan ada yang lebih ngeri bantal guling yang di pegang ketika nonton di peluk  seerat mungkin sambil membayangi tokoh faforitnya demi mendapatkan kepuasaan hasrat birahi.
      Jaman boleh berubah tapi perubahan yang mana dulu,  tidak kah kita lihat mahasiswa disekeliling, akibat perubahan jaman berlagak bobrok, kekanak-kanakan bahkan defisit moralitas. walaupun itu jaman mengalami Perubahan saya katakan dunia kemahasiswaan malah mengalami kemunduran. Sebab kenapa? Mahasiswa sebagai kelompok ilmiah tertinggi dalam piramida masyarakat, seharusnya giat merawat sikap kritisnya dan juga giat bergerak turun kebawah lapisan masyarakat untuk memberikan solusi ketika masyarakat tengah di hadapkan oleh situasi yang sulit. Mahasiswa yang sedari awalnya berlomba-lomba memperbanyak buku, kini saling berlomba berapa banyak episode film drakor yang di tonton, atau berapa kali berhasil menang bermain mobile legend.
        Apalagi di hadapkan dengan fenomena kehidupan yang serba online kemudian di tambah dengan keberadaan kafe-kafe, tempat-tempat nongkrong sekitar kampus di desain  sedemikian rupa untuk menarik perhatian mahasiswa. Yang pada akhirnya mereka pada malas bergerak untuk ikut terlibat dalam aksi massa, kegiatan mengadvokasi setiap permasalahan dan berbaur dengan kelompok kecil enggan untuk di lakukan lagi. Inilah yang menjadi sebab musabab dimana mahasiswa mulai kehilangan jati diri dan daya tanggung jawabnya sebagai pejuang, sebagai pengkritik, dan sebagai pengontrol. Seakan mulai terkikis akibat terlena dengan keadaan jaman yang lebih mementingkan dirinya kepada hal-hal yang berbau individualis, apatis yang sifatnya sudah kronik, dari pada menghadapkan dirinya pada kondisi sosial yang tengah carut marut. sebagai tugas dan kewajiban seorang mahasiswa di luar dari pada urusan akademiknya.
          Kini jalanan sunyi akan suara-suara megaphone, sunyi akan tuntutan serta pernyataan sikap dari mahasiswa. Aktivis-aktivis pergerakan yang masih berjuang dengan segelintir orangnya, yang masih punya agen of change di jiwanya kini di anggap menjadi hal aneh, lucu, bahkan tidak terlihat lagi ketika di dominasi oleh manusia aneh yang meminjam status mahasiswa, dengan perawakannya bak sales, birokrat, atau konglomerat mempengaruhi lebih dominan setiap aktivitasnya. Mereka yang berjuang kini di tenggelamkan oleh gelombang apatis hedonisme dari manusia yang menunggangi gelar mahasiswa. Suara megaphone yang berisi manifesto perlawanan redup di telan bunyi TIK TOK aaaisahh.....pppappadaa.. jamila, diredupkan oleh bunyi kafe-kafe diskotik. itulah kira-kira yang menyebabkan eksistensi mereka yang berjuang, telah pudar di atmosfir publik oleh karena di hantam arus gelombang yang membawa budaya baru.
        Teruntuk kawan-kawan mahasiswa yang konsisten dalam perjuangan dan masih meyakini bahwa perjuangan adalah pekerjaan mulia untuk di lakukan semasih cita-cita perjuangan belum selesai. Terus lakukan, dan ajaklah kawan-kawan untuk ikut andil dalam barisan massa aksi, kembali bunyikan senjatamu sembari menyanyikan yel-yel perlawananmu karena yang berkuasa masih bergerak lewat sistemnya yang bejat  dan sesekali datang menghantuimu kawan. Hormat.. 

" Angkatan muda jangan berlagak bodoh lakukan apa yang mesti di lakukan. dan jangan berlagak tidak mengerti kau cukup untuk mengerti. Teruskan perjuanganmu dan gelorakan terus keberanianmu karena tanpa keberanian itu percuma. 

( PRAMUDYA ANANTA TOER )

Tidak ada komentar: