Kamis, 05 Januari 2012

1 tahun rezim borjuasi SBY-BD menambah derita rakyat

"persoalan pendidikan yg belum mampu di selesaikan oleh rezim SBY-BD"
Inilah problematik nasib dunia pendidikan indonesia.
data badan pusat statistik indonesia:
1.jumlah anak putus sekolah masih sekitar 4,5 juta jiwa yg membuat rasio partisipasi pendidikan penduduk indonesiabaru sebesar 68,4% dan tingkat pendidikan indonesia hanya rata2  sampai SMP
2.Sekitar 75-80% (7-8 orng dr setiap 10 orng) pelajar tingkat SD sampai SMU putus sekolah.
3.Sekitar 60% (6 dr setiap 10 orng) pelajar setingkat SMU tak mampu melanjutkan ke bangku kuliah.
4.sekitar 20 ribuan sekolah dr SD hingga SMU dalam kondisi rusak berat.
5.Sekitar 535.825 (60%) dr 900.000 ruang sekolah di seluruh pelosok terindikasi dalam kondisi rusak.
6.Sekitar 14,6 juta (12,1%) penduduk di indonesia berusia 15 tahun ke atas di dapati buta huruf.
7.Tingkat kesejahteraan hidup dan kualitas guru yg masih kurang.

fakta di atas bahwa persoalan di sektor pendidikan ini di sebabkan oleh kebijakan pemerintah (semenjak Orde Baru) yg mengutamakan kepentingan modal asing (kebijakan pro neoliberalisme) di mana sektor pendidikan di jadikan sasaran sebagai ajang pelipatgandaan modal atau yg lebih di kenal sebagai kapitalisasi pendidikan (sama halnya penghisapan terhadap kaum buruh). bentuk2 kapitalisasi bahkan neoliberalisme pendidikan selain dari peningkatan biaya pendidikan dapat terlihat dr arah kurikulum pendidikan nasional.pada jaman orde baru di kenal kurikulum link and match yang berarti bahwa proses dan hasil dunia pendidikan di abadikan untuk kepentingan industri atau pasar yg di kuasai oleh kaum pemodal, yg dlm prakteknya di buktikan dengan menjamurnya pendidikan-pendidikan D3 yg lebih aplikatif dan cepat mencetak tenaga kerja (buruh) siap pakai dan dengan biaya pendidikan yg terus meningkat tiap tahunya,membuat pelajar dan mahasiswa semakin terfokus di ruang akademik yg semata-mata telah di konstruksikan untuk mendukung kepentingan modal,dan pemberangusan ruang politik mahasiswa (dgn NKK/BKK) paska orde baru,pengelolaan sektor pendidikan oleh pemerintah justru semakin memperdalam bentuk-bentuk komersialisasi.
banyaknya praktek-praktek pungutan liar yg di terapkan oleh institusi pendidikan, misalnya penarikan seragam sekolah,penarikan biaya buku,penarikan uang perpustakaan,penarikan biaya kesehatan,penarikan biaya Kuliah Kerja Nyata,penarikan biaya wisuda dan lain-lain,yg seharusnya pemberian fasilitas dan tekhnologi penunjang pendidikan menjadi tanggungjawab negara.Sekolah gratis yg di kampanyekan rezim SBY-JK sejatinya mengilusi kesadaran rakyat,karena dlm aspek2 pembiayaan untuk sekolah gratis yakni dgn cara memotong subsidi BBM untuk menaikkan anggaran dana BOS serta adanya bantuan dr APBD,tutup lobang dan gali lonbang yg di lakukan oleh pemerintah hanya menyenangkan rakyat untuk sementara waktu saja,dan akhirnya hilanglah subsidi-subsidi untuk rakyat.Dan dana dari APBD sejatinya adalah bohong, karena semua SDA dan SDM di kuasai dan dieksploitasi oleh pemodal seperti yg terjadi di kec.langgudu desa waworada pertambangan batu mangan yg secara subtansi sangat merugikan rakyat proletariat.
   asaudah tampak jelas setelah perangkat suprastruktur di lengkapi dan penetapan rekomendasi nasional summit oleh rezim borjuasi SBY-BD semakin memberikan ruang gerak yg selebar-lebarnya bagi kelas pemodal  dalam mengintervensi dunia pendidikan baik dalam bentuk investasi modal ataupun keterlibatan dlm menyusun kurikulum,wujudnya akan menjadikan pendidikan sebagai perangkat yg akan menyangga kapitalisme secara idiologi.Akan ada hegemoni secara terbuka dan terus menerus  dalam dunia pendidikan sehingga outputnya jelas sebagai sekrup-sekrup pasar dengan watak sangat individualistik terpisah dari hubungan sosial yg membentuknya.Hal ini tdk terlepas dr hegemoni kelas pemodal sungguh ini adalah disorientasi nilai-nilai pendidikan yg humanistik.
   Perkembangan pendidikan sekarang dr nasional summit adalah bahwa pendidikan di jadikan sebagai pemasok tenaga-tenaga produktif dan juga akan menjadi tentara cadangan industry,semuanya tidak lain hanya untuk kestabilan pasar dlm setiap sector dlm upaya mempercepat akumulasi modal dengan bersembunyi di balik program populis pengkualitasan sumber daya manusia dengan kata lain pengkualitasan pendidikan.Terbukti dalam road map KADIN (kamar dagang indonesia) yg notabenenya kompradornya dr pengusaha-pengusaha kelas pemodal,dimana dlm upaya pengkualitasan pendidikan KADIN terlibat dlm penyusunan kurikulum entrepreneurship- mengajarkan peserta didik (mahasiswa) untuk memiliki skill tekhnik wirausaha.Pada dasarnya prinsib atau subtansi dari itu semua adalah memisahkan pendidikan dari tanggungjawabnya sebagai alat memajukan peradaban masyarakat yaitu perbaikan hidup masa rakyat, disamping itu juga akan melepaskan tanggung jawab negara terhadap hak-hak layak hidup rakyat.Sesungguhnya nasional summit akan menjadi jalan lapang kapitalisasi pendidikan yg berwatak rampok.
Rezim SBY-BUDIONO tak ubahnya berwatak kolonial.....
pendidikan di kecematan langgudu juga terindikasi bobrok dalam memanajemen sistim pendidikan,itu terbukti berdasarkan pengakuan dr salah seorang guru di salah satu Sekolah setingkat SMA di langgudu bahwa ketumpangtindihan tenaga pengajar dlm bekerja dan pendidikan dijadikan ajang publikasi bahwa hanya ada satu desa yg layak menjadi desa pendidikan,itu terbukti dengan menjamurnya sekolah-sekolah yg sudah melampaui kebutuhan rakyat,ini adlh sebuah bentuk penindasan dan pemborosaan terhadap uang negara padahal dana pokok kebutuhan rakyat yg bersubsidi di alih ke sektor pendidikan,berarti kita bisa mngamsumsikan bahwa pendidikan di kecamatan tersebut di jadikan sebagai ajang pelipat gandaaan modal bagi para tokoh pendidikan di sana,,

Tidak ada komentar: