Jumat, 10 Juni 2011

Memahami Gerakan Neoliberalisme Di Dunia

APA ITU "NEO-LIBERALISME" ?
Sebuah definisi ringkas bagi aktivis

Oleh Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia

Elizabeth Martinez adalah seorang aktivis yang lama bekerja dalam bidang penegakkan hak-hak sipil, menulis beberapa buah buku, antara lain "500 Years of Chicano History in Photographs."
Arnoldo Garcia adalah anggota Komite Emiliano Zapata berbasis di Oakland, anggota Komisi Nasional untuk Demokrasi di Mexico.
Keduanya menghadiri the Intercontinental Encounter for Humanity and against Neoliberalism, 27 Juli - 3 August 1996, di La Realidad, Chiapas.




"NEO-LIBERALISME" merupakan sebuah kumpulan kebijakan ekonomi yang berkembang selama kurang lebih 25 tahun ini. Walaupun istilah ini jarang terdengar di Amerika Serikat, namun anda dengan jelas dapat melihat pengaruh neo-liberalisme di sini dimana yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin.
"Liberalisme" bisa berkaitan dengan politik, ekonomi, atau bahkan gagasan-gagasan relijius. Liberalisme dalam bidang politik di Amerika Serikat merupakan strategi untuk menghindari konflik sosial. Ini diterapkan kepada kaum miskin dan kaum pekerja sebagai pihak yang progresif berhadapan dengan pihak konservatif atau Sayap Kanan. Liberalisme dalam ekonomi berbeda. Politikus konservatif yang mengatakan benci dengan "kaum liberal" - berarti benci watak politiknya - tidak mempunyai problem nyata dengan liberalisme ekonomi, termasuk neo-liberalisme.
"Neo" berarti kita membicarakan tentang jenis baru liberalisme. Lantas seperti apa jenis yang lama? Aliran ekonomi liberal menjadi terkenal di Eropa ketika Adam Smith, seorang ekonom Inggris, menerbitkan bukunya di tahun 1776 yang berjudul The Wealth of Nations. Ia dan pihak-pihak lainnya mendukung penghapusan intervensi pemerintah dalam urusan ekonomi. Menyerukan agar tidak ada pembatasan dalam manufaktur, tidak adanya hambatan dalam perdagangan, tidak adanya tarif (bea), Smith menyatakan: perdagangan bebas adalah cara terbaik untuk perkembangan perekonomian sebuah bangsa . Gagasan ekonomi semacam ini adalah "liberal" dalam artian tidak adanya kontrol. Penerapan watak individualisme ini mendorong adanya perusahaan "bebas", persaingan "bebas" - yang sesungguhnya bermakna kebebasan bagi kaum kapitalis untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya sesuai keinginan mereka.
Liberalisme ekonomi mendominasi Amerika Serikat sepanjang tahun1800-an dan awal 1900-an. Kemudian tejadinya Great Depression (depresi ekonomi besar-besaran) tahun 1930-an membawa seorang ekonom yang bernama John Maynard Keynes kepada teori yang menantang liberalisme sebagai kebijakan terbaik bagi kaum kapitalis. Ia menyatakan bahwa, pada dasarnya, tingkat kerja penuh (full employment) adalah penting bagi kapitalisme untuk berkembang dan hal itu bisa dicapai hanya jika pemerintah dan bank sentral melakukan intervensi untuk meningkatkan lapangan kerja. Ide-ide ini memiliki banyak pengaruh dalam kebijakan New Deal-nya Presiden Roosevelt - yang saat itu meningkatkan taraf hidup bagi banyak orang. Kepercayaan bahwa pemerintah harus memajukan kebaikan umum (common good) diterima secara luas.
Namun krisis kapitalis selama 25 tahun yang lalu, dengan menurunnya tingkat keuntungan yang mereka peroleh, memberi ilham kepada elit perusahaan untuk membangkitkan kembali liberalisme ekonomi. Inilah yang membuatnya menjadi 'neo" atau baru. Sekarang ini, dengan cepatnya apa yang disebut sebagai globalisasi perekonomian kapitalis, kita menyaksikan neo-liberalisme dalam skala global.
Sebuah definisi yang berharga tentang proses ini diberikan oleh Subcomandante Marcos pada Encuentro Intercontinental por la Humanidad y contra el Neo-liberalismo (pertemuan Intercontinental bagi Kemanusiaan dan Menentang Neo-Liberalisme) yang disponsori oleh Zapatista pada bulan Agustus 1996 di Chiapas ketika dia mengatakan: "Apa yang ditawarkan kaum Kanan adalah untuk menjadikan dunia sebagai sebuah mall besar dimana mereka bisa membeli orang Indian di sini, perempuan di sana… dan mereka bisa menambah, anak-anak, kaum imigran, buruh, atau bahkan seluruh negeri seperti Meksiko".
Pokok-pokok utama neo-liberalisme, meliputi:
1. Aturan Pasar. Membebaskan perusahaan "bebas" atau perusahaan swasta dari kewajiban-kewajiban yang diterapkan oleh pemerintah (negara) tidak peduli sebanyak apa kerugian sosial yang diakibatkannya. Keterbukaan yang lebih besar pada perdagangan internasional dan
investasi, seperti di NAFTA. Pengurangan upah dengan mencegah peran serikat-serikat (de-unionizing) buruh dan mengurangi hak-hak buruh yang sudah dimenangkan oleh buruh selama bertahun-tahun perjuangannya. Tidak ada lagi kontrol harga. Intinya, kebebasan mutlak bagi pergerakan modal, barang, dan jasa. Untuk meyakinkan bahwa hal ini baik bagi kita, mereka berkata "pasar yang tidak diregulasi (diatur) adalah jalan terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang akan sangat menguntungkan semua orang.'' Ini mirip dengan kebijakan ekonomi "sisi-penawaran" dan "mengalir ke bawah" - nya Reagan - tapi ternyata kesejahteraan tidak banyak mengalir ke bawah.
2. Memotong Anggaran Belanja Publik Bidang Pelayanan Sosial seperti pendidikan dan pemeliharaan kesehatan. Mengurangi Dana Jaring Pengaman untuk Rakyat Miskin, dan bahkan dana pemeliharaan jalan raya, jembatan, pengadaan air - lagi-lagi atas nama pengurangan peran pemerintah. Tentu saja, mereka tidak menentang subsidi pemerintah dan keringanan pajak bagi dunia bisnis.
3. Deregulasi, mengurangi peraturan pemerintah dalam segala hal yang bisa menurunkan keuntungan, termasuk dalam hal perlindungan alam dan keselamatan kerja.
4. Privatisasi. Menjual badan-badan usaha milik negara, barang-barang dan jasa kepada investor swasta. Ini termasuk bank-bank, industri-industri strategis, jaringan rel kereta api, jalan-jalan tol, pembangkit listrik, sekolah-sekolah, rumah sakit dan bahkan air bersih. Walaupun biasanya dikerjakan atas nama efisiensi yang lebih besar, yang sering dibutuhkan, privatisasi terutama sekali berpengaruh dalam pemusatan kemakmuran yang lebih besar lagi ke tangan segelintir orang dan membuat masyarakat membayar lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhannya.
5. Mengurangi Konsep "Kebaikan Umum" atau "Komunitas" dan menggantikannya dengan "tanggungjawab individu". Menekan rakyat miskin dalam masyarakat untuk dapat menjawab persoalan mereka akan kurangnya perawatan kesehatan, pendidikan dan jaminan sosial semuanya oleh mereka sendiri - dan kemudian menyalahkan mereka, jika mereka gagal, sebagai "pemalas".

Di seluruh dunia, neo-liberalisme telah didiktekan oleh lembaga-lembaga keuangan yang berkuasa seperti International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia dan Inter-American Development Bank. Neo-liberalisme merajalela di seluruh Amerika Latin. Contoh pertama yang jelas tentang bekerjanya neo-liberalisme terjadi di Chile (dengan berterima kasih kepada ekonom dari University of Chicago Milton Friedman), setelah kudeta tahun 1973 yang didukung CIA menumbangkan pemerintahan popular hasil pemilu Allende. Negeri-negeri lain kemudian meyusul, dengan akibat terburuk yang ditimbulkannya seperti di Meksiko dimana upah turun sebesar 40% hingga 50% di tahun pertama NAFTA, padahal di saat yang sama biaya hidup justru meningkat sebesar 80%. Lebih dari 200.000 usaha kecil dan menengah bangkrut dan lebih dari 1.000 badan-badan usaha milik negara diprivatisasi di Meksiko. Seorang pakar mengatakan, "Neo-liberalisme berarti neo-kolonisasi Amerika Latin."
Di Amerika Serikat neo-liberalisme menghancurkan program-program kesejahteraan; hak-hak buruh terus dikurangi (termasuk buruh migran), dan memotong program-program sosial. "Kontrak" kaum Republikan pada Amerika adalah murni neo-liberalisme. Para pendukungnya berupaya keras menolak perlindungan pada anak-anak, remaja, perempuan, dan bahkan juga pada planet ini sendiri - dan berupaya menipu kita agar menerimanya dengan mengatakan bahwa hal ini akan "mengurangi peran pemerintah". (get the government off my back). Jelas yang diuntungkan dari neo-liberalisme hanyalah sekelompok minoritas dari masyarakat dunia. Bagi mayoritas luas masyarakat hal ini lebih membawa penderitaan daripada sebelumnya: menderita tanpa keuntungan yang kecil sekali pun yang telah dengan susah payah diperoleh melalui perjuangan selama 60 tahun terakhir. Penderitaan tanpa akhir.***

Tidak ada komentar: