Minggu, 19 Mei 2013

Belajar dan Pembelajaran yang efektif


             Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa, berupa pemberian pengalaman belajar siswa, yang direncanakan guru untuk membangun pengetahuan baru (Arifin, 2005). Pembelajaran memerlukan partisipasi aktif para siswa (belajar aktif), motivasi belajar akan meningkat kalau siswa terlibat aktif (mempraktekkan) dalam mempelajari hal-hal yang kongkrit, bermakna, dan relevan dalam konteks kehidupannya. Salah satu pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran kontekstual.
            Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke konteks permasalahan lainnya (Suprijono, 2009).  
            Belajar merupakan proses aktif siswa untuk membangun dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing yang hasilnya ditampilkan dalam tindakan berpikir dan berprilaku. Keinginan untuk setiap orang berbeda bergantung pada ada tidaknya dorongan pada setiap individu. Dorongan untuk belajar ini bisa datang dari diri sendiri yang disebut motivasi instrinsik, bisa juga datang dari luar dirinya yang disebut motivasi ekstrinsik (Arifin, 2005).
            Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa guru harus menciptakan pembelajaran yang afektif dimana pembelajaran afektif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan afektif dan responsif peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi bervariatif, misalnya kerja dan diskusi kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Untuk itu guru dituntut mampu merangsang sikap afektif peserta didik dalam hal kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Sikap afektif yang dimaksud adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktifitas yang baru yang diperoleh dari hasil berpikir afektif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru (Sudrajat, 2012)
 .

Tidak ada komentar: