Pembelajaran
merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa, berupa pemberian
pengalaman belajar siswa, yang direncanakan guru untuk membangun pengetahuan
baru (Arifin, 2005). Pembelajaran memerlukan partisipasi aktif para siswa
(belajar aktif), motivasi belajar akan meningkat kalau siswa terlibat aktif
(mempraktekkan) dalam mempelajari hal-hal yang kongkrit, bermakna, dan relevan
dalam konteks kehidupannya. Salah satu pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiri),
masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment). Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching
and learning) merupakan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke konteks
permasalahan lainnya (Suprijono, 2009).
Belajar merupakan proses aktif siswa untuk
membangun dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar
mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing yang hasilnya ditampilkan dalam tindakan berpikir dan berprilaku. Keinginan
untuk setiap orang berbeda bergantung pada ada tidaknya dorongan pada setiap
individu. Dorongan untuk belajar ini bisa datang dari diri sendiri yang disebut
motivasi instrinsik, bisa juga datang dari luar dirinya yang disebut motivasi
ekstrinsik (Arifin, 2005).
Untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa guru harus menciptakan pembelajaran yang afektif dimana pembelajaran afektif
merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan
memunculkan afektif dan responsif peserta didik selama pembelajaran
berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi bervariatif,
misalnya kerja dan diskusi kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah.
Untuk itu guru dituntut mampu merangsang sikap afektif peserta didik dalam hal
kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Sikap afektif yang
dimaksud adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau
aktifitas yang baru yang diperoleh dari hasil berpikir afektif dengan
mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru (Sudrajat, 2012)
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar