Minggu, 19 Mei 2013

Materi Reaksi Reduksi Oksidasi


Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat dengan mudah mengidentifikasi yang di sebut reaksi reduksi oksidasi ini. Reaksi perkaratan besi, fotosintesis, dan pembakaran minyak bumi adalah beberapa contoh dari sekian banyak reaksi reduksi oksidasi yang sering kita jumpai. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak konsep mengalami penyempurnaan. Salah satunya adalah konsep oksidasi dan reduksi. Pengertian oksidasi dan reduksi berkembang dari reaksi pengikatan dan pelepasan oksigen menjadi reaksi serah terima elektron dan perubahan bilangan oksidasi. Mulanya reaksi reduksi didefinisikan sebagai reaksi pelepasan oksigen dan reaksi oksidasi adalah reaksi yang menerima (bergabungnya) oksigen. Namun demikian, reaksi reduksi oksidasi (redoks) tidak hanya menyangkut pelepasan dan penerimaan elektron serta perubahan bilangan oksidasi. Reaksi reduksi dan oksidasi selalu berlangsung bersamaan dan karenanya peristiwa itu dinamakan reaksi redoks (Nahadi, 2007).
Materi reaksi reduksi oksidasi terbagi kedalam tiga level yaitu level makroskopis yang menunjukkan fenomena-fenomena kimia yang dapat diindera oleh mata seperti reaksi reduksi oksidasi pada perkaratan besi, level mikroskopis yang mereprentasikan tentang susunan dan pergerakan partikel zat pada fenomena perkaratan besi yang tidak langsung teramati oleh siswa, kemudian level simboliknya yang berupa gambar, perhitungan kimia, grafik dan komputasi.
a.    Perkembangan Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi
Pengertian konsep reaksi reduksi-oksidasi telah mengalami tiga tahap perkembangan sebagai berikut:
1)   Berdasarkan Penggabungan dan Pelepasan Oksigen
a.     Oksidasi adalah reaksi pengikatan (penggabungan) oksigen oleh suatu zat.
Oksidator adalah:
Ø Sumber oksigen pada reaksi reduksi
Ø Zat yang mengalami reduksi
Contoh:
Ø Oksidasi Fe(s) oleh O2(g)
    4Fe(s) + 3O2(g)                        2Fe2O3(s)
Ø Pemanggangan ZnS
     2ZnS(s) + 3O2(g)                   2ZnO(s) + 2SO2(g)
Reaksi oksidasi terjadi dalam peristiwa-peristiwa berikut:
Ø Proses pembakaran bahan bakar, seperti pada gas elpiji, bensin dan minyak tanah.
Ø Minyak goreng menjadi tengik.
Ø Besi berkarat.
Ø Pembakaran glukosa pada tubuh manusia.
b.     Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu senyawa.
         Reduktor adalah:
Ø Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi.
Ø Zat yang mengalami reaksi oksidasi.
     Contoh:
Ø Reduksi Fe2O3(s) oleh CO(g)
     Fe2O3(s) + 3CO(g)    → 2Fe(s) + 3CO2(g)
Ø Reduksi Cr2(g) oleh Al(s)
     Cr2O3(g) + 2Al(s)    → 2Cr(g) + Al2O3(s)
     Reaksi Reduksi terjadi dalam peristiwa-peristiwa berikut:
Ø Pengolahan bijih besi menjadi besi murni dalam industri pertambangan.
Ø Proses fotosintesis tumbuhan dengan menghasilkan oksigen.
                  2) Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron
            Sudah dikemukakan di atas bahwa reaksi redoks tidak hanya dalam kaitannya dengan peristiwa pelepasan atau penerimaan oksigen, tetapi berkaitan pula dengan pelepasan dan penggabungan elektron.
            Jadi, dalam hal ini, reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. Dengan kata lain, setiap atom, ion, molekul yang melepaskan elektron selalu mengalami reaksi oksidasi sekalipun reaksi tersebut tidak ada oksigennya.
a)      Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron.
      Oksidator adalah:
Ø                               Zat yang mengikat elektron.
Ø                               Zat yang mengalami reduksi.
     Contoh:
  1. K(s)               K+ + ē
  2. Cu(s)             Cu2+ + 2 ē
b)   Reduksi adalah reaksi pengikatan elektron.
      Reduktor adalah:
Ø  Zat yang melepaskan elektron.
Ø  Zat yang mengalami oksidasi.
Contoh:
Ø  Cl2 + 2 ē        2Cl-
Ø  Ca2+ + 2 ē     Ca
      Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron. Jadi, setiap atom, ion, atau molekul yang menerima electron berarti atom, ion, atau molekul itu mengalami reaksi reduksi (Utami, 2007).
      Karena reaksi oksidasi dan reduksi ini berlangsung   bersamaan, maka proses kedua reaksi tersebut dapat di tuliskan sebagai berikut.
Reaksi oksidasi    : Zn(s)                          → Zn2+(aq) + 2e
Reaksi reduksi     : Cu2+(aq) + 2e            → Cu(s)
Reaksi redoks      : Zn(s) + Cu2+(aq)        → Zn2+(aq) + Cu(s)
         Dalam proses ini, Zn merupakan reduktor karena unsur ini mereduksi unsur yang lain dan zat itu sendiri mengalami oksidasi. Sementara itu, Cu2+ merupakan oksidator karena mengoksidasi zat lain, dan zat itu sendiri mengalami reduksi.
         Unsur-unsur yang menerima elektron atau yang mengalami reduksi, dinamakan oksidator. Untuk dapat mengoksidasi, berarti unsur atau zat tersebut harus menerima electron (harus mengalami reaksi reduksi). Jadi, oksidator memaksa unsur lain untuk melepaskan elektron.
         Adapun unsur yang melepaskan elektron atau yang mengalami oksidasi, dinamakan reduktor. Reduktor adalah unsur atau zat yang dapat mereduksi (menyebabkan zat lain mengalami reaksi reduksi). Untuk dapat mereduksi, berarti zat tersebut harus memberikan elektron (harus mengalami reaksi oksidasi). Jadi, pereduksi (reduktor) adalah zat yang mengalami reaksi oksidasi (Nahadi, 2007).
                  3) Berdasarkan Pertambahan dan Penurunan Bilangan Oksidasi
                        a) Oksidasi adalah reaksi pertambahan bilangan oksidasi.
Oksidator adalah:
Ø  Zat yang mengoksidasi zat lain dalam reaksi redoks.
Ø  Zat yang mengalami reaksi reduksi.
Contoh:
4FeO(s) + O2(g)  → 2Fe2O3(s)
      Bilangan oksidasi Fe dalam FeO adalah +2, sedangkan dalam Fe2O3 adalah +3. Karena unsur Fe mengalami kenaikan bilangan oksidasi, yaitu dari +2 menjadi +3, maka FeO mengalami reaksi oksidasi. Reduktornya adalah FeO dan zat hasil oksidasi adalah Fe2O3.
b)   Reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi.
Reduktor adalah:
Ø  Zat yang mereduksi zat lain dalam reaksi redoks.
Ø  Zat yang mengalami oksidasi.
Contoh:
                              SO3(g) +    2SO2(g)   + O2(g)
      Bilangan oksidasi S dalam SO3 adalah +6 sedangkan pada SO2 adalah +4 karena unsur S mengalami penurunan bilangan oksidasi, yaitu dari +6 menjadi +4, maka SO3 mengalami reaksi reduksi. Oksidatornya adalah SO3 dan zat hasil reduksi adalah SO2 (Utami, 2007).
b. Bilangan Oksidasi
1)   Pengertian Bilangan Oksidasi
        Bilangan oksidasi adalah suatu bilangan yang menunjukkan ukuran kemampuan suatu atom untuk melepas atau menangkap elektron dalam pembentukan suatu senyawa.
        Nilai bilangan oksidasi menunjukkan banyaknya elektron yang dilepas atau ditangkap, sehingga bilangan oksidasi dapat bertanda positif maupun negatif.
2)   Penentuan Bilangan Oksidasi Suatu Unsur
     Aturan penentuan bilangan oksidasi unsur adalah:
a.    Unsur bebas (misalnya H2, O2, N2, Fe, dan Cu) mempunyai bilangan oksidasi = 0.
b.    Umumnya unsur H mempunyai bilangan oksidasi = +1, kecuali dalam senyawa hidrida, bilangan oksidasi H = -1.
Contoh:
Ø Bilangan oksidasi H dalam H2O, HCl, dan  NH3 adalah +1.
Ø Bilangan oksidasi H dalam LiH, NaH, dan CaH2 adalah -1
c. Umumnya unsur O mempunyai bilangan oksidasi = -2, kecuali dalam senyawa peroksida bilangan oksidasi O = -1.
Contoh:
Ø Bilangan oksidasi O dalam H2O, CaO, dan Na2O adalah -2.
Ø Bilangan oksidasi O dalam H2O2, Na2O2 adalah -1.
d. Unsur F selalu mempunyai bilangan oksidasi = -1.
e.  Unsur logam mempunyai bilangan oksidasi selalu bertanda  positif.
     Contoh:
Ø   Golongan IA (logam alkali: Li, Na, K, Rb, dan Cs) bilangan oksidasinya = +1.
Ø   Golongan IIA (alkali tanah: Be, Mg, Ca, Sr, dan Ba) bilangan oksidasinya = +2.
 f.  Bilangan oksidasi ion tunggal = muatannya.
   Contoh: Bilangan oksidasi Fe dalam ion Fe2+ adalah +2
g.  Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa = 0.
  Contoh : Dalam senyawa H2CO3 berlaku:
Ø  2 biloks H +1 biloks C + 3 biloks O = 0
h.    Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam ion poliatom        = muatan  ion.
Contoh: Dalam ion NH4+ berlaku 1 biloks N + 4 biloks H = +1 (Utami, 2007).
c. Reaksi Autoredoks (Reaksi Disproporsionasi)
        Reaksi redoks yang telah dibahas di atas melibatkan dua jenis pereaksi, dimana yang satu berperan sebagai reduktor dan yang lainnya berperan sebagai oksidator. Ada tipe reaksi redoks lainnya, dimana satu jenis zat berperan  sekaligus sebagai reduktor dan oksidator. Reaksi redoks yang seperti ini disebut reaksi autoredoks atau reaksi disproporsionasi. Contoh:
Cl2 + 2KOH                        KCl + KClO + H2O
                  0                                                                 -1                       +1                   
Reduksi
                                                                                                            Oksidasi    
Contoh:
Apakah reaksi berikut termasuk reaksi autoredoks atau bukan? Jelaskan!
2H2S(g) + SO2(g)            3S(aq) + 2H2O(l)
Penyelesaian:
Perubahan bilangan oksidasi unsur-unsur pada reaksi     tersebut sebagai berikut.
                                            2H2S + SO2                            3S + 2H2O
                                        -2            +4                                        0
                                                              Reduksi
                                                                                 Oksidasi   
Pada reaksi tersebut, H2S berfungsi sebagai reduktor sedangkaan SO2 berfungsi sebagai oksidator, sehingga reaksi tersebut termasuk autoredoks.
d. Tata Nama Senyawa Berdasarkan Bilangan Oksidasi
     Tata nama senyawa alternatif menurut IUPAC berdasarkan bilangan oksidasi. Beberapa senyawa dengan nama alternatif biloks dapat dilihat pada tabel 2.2. berikut :

                 Beberapa Senyawa Dengan Nama Alternatif Biloks
Rumus Kimia
Nama
Nama Alternatif Berdasarkan Biloks
N2O
Dinitrogen monoksida
Nitrogen(I) oksida
N2O3
Dinitrogen trioksida
Nitrogen(III) oksida
HClO
Asam hipoklorit
Asam klorat(I)
HClO2
Asam klorit
Asam klorat(III)
HClO3
Asam klorat
Asam klorat(V)
HClO4
Asam perklorat
Asam klorat(VII)
          (Sumber : Utami, 2007).  

Tidak ada komentar: