Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat dengan mudah mengidentifikasi yang di sebut reaksi reduksi oksidasi ini. Reaksi perkaratan besi, fotosintesis, dan pembakaran minyak bumi adalah beberapa contoh dari sekian banyak reaksi reduksi oksidasi yang sering kita jumpai. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak konsep mengalami penyempurnaan. Salah satunya adalah konsep oksidasi dan reduksi. Pengertian oksidasi dan reduksi berkembang dari reaksi pengikatan dan pelepasan oksigen menjadi reaksi serah terima elektron dan perubahan bilangan oksidasi. Mulanya reaksi reduksi didefinisikan sebagai reaksi pelepasan oksigen dan reaksi oksidasi adalah reaksi yang menerima (bergabungnya) oksigen. Namun demikian, reaksi reduksi oksidasi (redoks) tidak hanya menyangkut pelepasan dan penerimaan elektron serta perubahan bilangan oksidasi. Reaksi reduksi dan oksidasi selalu berlangsung bersamaan dan karenanya peristiwa itu dinamakan reaksi redoks (Nahadi, 2007).
Materi reaksi reduksi oksidasi
terbagi kedalam tiga level yaitu level makroskopis yang menunjukkan
fenomena-fenomena kimia yang dapat diindera oleh mata seperti reaksi reduksi
oksidasi pada perkaratan besi, level mikroskopis yang mereprentasikan tentang
susunan dan pergerakan partikel zat pada fenomena perkaratan besi yang tidak
langsung teramati oleh siswa, kemudian level simboliknya yang berupa gambar,
perhitungan kimia, grafik dan komputasi.
a. Perkembangan
Konsep Reaksi Reduksi-Oksidasi
Pengertian konsep reaksi reduksi-oksidasi telah mengalami
tiga tahap perkembangan sebagai berikut:
1) Berdasarkan Penggabungan dan
Pelepasan Oksigen
a.
Oksidasi adalah reaksi pengikatan
(penggabungan) oksigen oleh suatu
zat.
Oksidator
adalah:
Ø Sumber
oksigen pada reaksi reduksi
Ø Zat
yang mengalami reduksi
Contoh:
Ø Oksidasi
Fe(s) oleh O2(g)
4Fe(s)
+ 3O2(g) → 2Fe2O3(s)
Ø Pemanggangan
ZnS
2ZnS(s)
+ 3O2(g) → 2ZnO(s)
+ 2SO2(g)
Reaksi
oksidasi terjadi dalam peristiwa-peristiwa berikut:
Ø Proses
pembakaran bahan bakar, seperti pada gas elpiji, bensin dan minyak tanah.
Ø Minyak
goreng menjadi tengik.
Ø Besi
berkarat.
Ø Pembakaran
glukosa pada tubuh manusia.
b. Reduksi adalah reaksi
pelepasan oksigen dari suatu senyawa.
Reduktor adalah:
Ø Zat
yang menarik oksigen pada reaksi reduksi.
Ø Zat
yang mengalami reaksi oksidasi.
Contoh:
Ø Reduksi
Fe2O3(s)
oleh
CO(g)
Fe2O3(s) + 3CO(g) →
2Fe(s) + 3CO2(g)
Ø Reduksi
Cr2(g) oleh
Al(s)
Cr2O3(g)
+
2Al(s) → 2Cr(g)
+ Al2O3(s)
Reaksi Reduksi terjadi dalam
peristiwa-peristiwa berikut:
Ø Pengolahan
bijih besi menjadi besi murni dalam industri pertambangan.
Ø Proses
fotosintesis tumbuhan dengan menghasilkan oksigen.
2) Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron
Sudah
dikemukakan di atas bahwa reaksi redoks tidak hanya dalam kaitannya dengan
peristiwa pelepasan atau penerimaan oksigen, tetapi berkaitan pula dengan
pelepasan dan penggabungan elektron.
Jadi,
dalam hal ini, reaksi oksidasi adalah
reaksi pelepasan elektron. Dengan kata lain, setiap atom, ion, molekul yang
melepaskan elektron selalu mengalami reaksi oksidasi sekalipun reaksi tersebut
tidak ada oksigennya.
a) Oksidasi
adalah reaksi pelepasan elektron.
Oksidator adalah:
Ø
Zat yang mengikat elektron.
Ø
Zat yang mengalami reduksi.
Contoh:
1. K(s) → K+ +
ē
2. Cu(s) → Cu2+ +
2 ē
b) Reduksi adalah reaksi pengikatan elektron.
Reduktor adalah:
Ø Zat
yang melepaskan elektron.
Ø Zat
yang mengalami oksidasi.
Contoh:
Ø Cl2
+ 2
ē →
2Cl-
Ø Ca2+
+
2 ē →
Ca
Reaksi reduksi adalah
reaksi penangkapan elektron. Jadi, setiap atom, ion, atau molekul yang menerima
electron berarti atom, ion, atau molekul itu mengalami reaksi reduksi (Utami, 2007).
Karena reaksi oksidasi
dan reduksi ini berlangsung bersamaan,
maka proses kedua reaksi tersebut dapat di tuliskan sebagai berikut.
Reaksi
oksidasi : Zn(s) → Zn2+(aq)
+
2e
Reaksi
reduksi : Cu2+(aq)
+
2e → Cu(s)
Reaksi
redoks : Zn(s)
+ Cu2+(aq) → Zn2+(aq) +
Cu(s)
Dalam
proses ini, Zn merupakan reduktor karena unsur ini mereduksi unsur yang lain
dan zat itu sendiri mengalami oksidasi. Sementara itu, Cu2+
merupakan
oksidator karena mengoksidasi zat lain, dan zat itu sendiri mengalami reduksi.
Unsur-unsur
yang menerima elektron atau yang mengalami reduksi, dinamakan oksidator. Untuk dapat mengoksidasi, berarti
unsur atau zat tersebut harus menerima electron (harus mengalami reaksi
reduksi). Jadi, oksidator memaksa unsur lain untuk melepaskan elektron.
Adapun
unsur yang melepaskan elektron atau yang mengalami oksidasi, dinamakan reduktor.
Reduktor adalah unsur atau zat yang dapat mereduksi (menyebabkan zat lain
mengalami reaksi reduksi). Untuk dapat mereduksi, berarti zat tersebut harus
memberikan elektron (harus mengalami reaksi oksidasi). Jadi, pereduksi
(reduktor) adalah zat yang mengalami reaksi oksidasi (Nahadi, 2007).
3) Berdasarkan Pertambahan dan Penurunan Bilangan Oksidasi
a) Oksidasi adalah reaksi pertambahan
bilangan oksidasi.
Oksidator adalah:
Ø Zat
yang mengoksidasi zat lain dalam reaksi redoks.
Ø Zat
yang mengalami reaksi reduksi.
Contoh:
4FeO(s) + O2(g)
→ 2Fe2O3(s)
Bilangan
oksidasi Fe dalam FeO adalah +2, sedangkan dalam Fe2O3
adalah
+3. Karena unsur Fe mengalami kenaikan bilangan oksidasi, yaitu dari +2 menjadi
+3, maka FeO mengalami reaksi oksidasi. Reduktornya adalah FeO dan zat hasil
oksidasi adalah Fe2O3.
b) Reduksi
adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi.
Reduktor adalah:
Ø Zat
yang mereduksi zat lain dalam reaksi redoks.
Ø Zat
yang mengalami oksidasi.
Contoh:
SO3(g)
+
→
2SO2(g)
+ O2(g)
Bilangan
oksidasi S dalam SO3
adalah
+6 sedangkan pada SO2
adalah
+4 karena unsur S mengalami penurunan bilangan oksidasi, yaitu dari +6 menjadi
+4, maka SO3
mengalami
reaksi reduksi. Oksidatornya adalah SO3 dan zat hasil reduksi
adalah SO2
(Utami,
2007).
b.
Bilangan Oksidasi
1) Pengertian
Bilangan Oksidasi
Bilangan
oksidasi adalah suatu bilangan yang menunjukkan ukuran kemampuan suatu atom
untuk melepas atau menangkap elektron dalam pembentukan suatu senyawa.
Nilai
bilangan oksidasi menunjukkan banyaknya elektron yang dilepas atau ditangkap,
sehingga bilangan oksidasi dapat bertanda positif maupun negatif.
2) Penentuan
Bilangan Oksidasi Suatu Unsur
Aturan penentuan
bilangan oksidasi unsur adalah:
a. Unsur
bebas (misalnya H2,
O2,
N2,
Fe, dan Cu) mempunyai bilangan oksidasi = 0.
b. Umumnya
unsur H mempunyai bilangan oksidasi = +1, kecuali dalam senyawa hidrida,
bilangan oksidasi H = -1.
Contoh:
Ø Bilangan
oksidasi H dalam H2O,
HCl, dan NH3
adalah
+1.
Ø Bilangan
oksidasi H dalam LiH, NaH, dan CaH2
adalah -1
c.
Umumnya
unsur O mempunyai bilangan oksidasi = -2, kecuali dalam senyawa peroksida bilangan
oksidasi O = -1.
Contoh:
Ø Bilangan
oksidasi O dalam H2O,
CaO, dan Na2O
adalah -2.
Ø Bilangan
oksidasi O dalam H2O2,
Na2O2
adalah
-1.
d.
Unsur F selalu mempunyai bilangan oksidasi = -1.
e. Unsur logam mempunyai bilangan oksidasi selalu
bertanda positif.
Contoh:
Ø Golongan IA (logam alkali: Li, Na, K, Rb, dan
Cs) bilangan oksidasinya = +1.
Ø Golongan IIA (alkali tanah: Be, Mg, Ca, Sr,
dan Ba) bilangan oksidasinya = +2.
f.
Bilangan oksidasi ion
tunggal = muatannya.
Contoh: Bilangan oksidasi Fe dalam ion Fe2+
adalah
+2
g. Jumlah
bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa = 0.
Contoh
: Dalam senyawa H2CO3
berlaku:
Ø 2 biloks H +1 biloks C + 3 biloks O = 0
h. Jumlah
bilangan oksidasi unsur-unsur dalam ion poliatom = muatan ion.
Contoh: Dalam ion NH4+
berlaku
1 biloks N + 4 biloks H = +1 (Utami,
2007).
c. Reaksi Autoredoks (Reaksi
Disproporsionasi)
Reaksi redoks yang telah dibahas di atas
melibatkan dua jenis pereaksi, dimana yang satu berperan sebagai reduktor dan
yang lainnya berperan sebagai oksidator. Ada tipe reaksi redoks lainnya, dimana
satu jenis zat berperan sekaligus
sebagai reduktor dan oksidator. Reaksi redoks yang seperti ini disebut reaksi
autoredoks atau reaksi disproporsionasi. Contoh:
Cl2
+ 2KOH → KCl + KClO + H2O
0 -1 +1
Reduksi
Oksidasi
Contoh:
Apakah reaksi berikut termasuk
reaksi autoredoks atau bukan? Jelaskan!
2H2S(g) + SO2(g) → 3S(aq) + 2H2O(l)
Penyelesaian:
Perubahan bilangan oksidasi unsur-unsur
pada reaksi tersebut sebagai berikut.
2H2S
+ SO2 → 3S + 2H2O
-2 +4 0
Reduksi
Oksidasi
Pada reaksi tersebut, H2S
berfungsi sebagai reduktor sedangkaan SO2 berfungsi sebagai
oksidator, sehingga reaksi tersebut termasuk autoredoks.
d.
Tata Nama Senyawa Berdasarkan Bilangan Oksidasi
Tata nama senyawa alternatif menurut IUPAC
berdasarkan bilangan oksidasi. Beberapa senyawa dengan nama alternatif biloks dapat dilihat pada tabel 2.2. berikut :
Beberapa
Senyawa Dengan Nama Alternatif Biloks
Rumus
Kimia
|
Nama
|
Nama
Alternatif Berdasarkan Biloks
|
N2O
|
Dinitrogen monoksida
|
Nitrogen(I)
oksida
|
N2O3
|
Dinitrogen
trioksida
|
Nitrogen(III)
oksida
|
HClO
|
Asam
hipoklorit
|
Asam klorat(I)
|
HClO2
|
Asam klorit
|
Asam
klorat(III)
|
HClO3
|
Asam klorat
|
Asam klorat(V)
|
HClO4
|
Asam perklorat
|
Asam klorat(VII)
|
(Sumber : Utami, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar