Selasa, 24 Februari 2015

Analisis Jurnal Hubungan Nilai, Ilmu Dan Kitannya Dengan Kegiatan Berfikir Ilmiah


HUBUNGAN NILAI KEGUNAAN ILMU DAN KAITANNYA DENGAN KEGIATAN BERFIKIR ILMIAH



ABSTRAK
Ilmu pengetahuan sebagai bagian dari hasil karya manusia mengalami perkembangan yang semakin pesat. Seiring dengan perkembangannya, ilmu terbagi ke dalam beberapa disiplin yang membutuhkan pendekatan, sifat, objek, dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan lainnya. Perkembangan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi tidak jarang justru menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Padahal ilmu pengetahuan terutama yang telah diterapkan menjadi sebuah teknologi yaang menawarkan berjuta kemudahan dan kenyamanan bagi manusia. Ciri hakiki ilmu ialah metodologi, karena ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah. Sedangkan nilai berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh dalam hal ini adalah aksiologi. Aksiologi adalah nilai atau kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia atau kajian tentang nilai-nilai. Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia. Maka, untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu tersebut dilakukan dengan kegiatan berfikir ilmiah. Kegiatan ilmiah adalah suatu proses mendapatkan ilmu dengan langkah-langkah yang sistematis. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Jadi, ilmu pengetahuan sangat berguna sekali untuk kehidupan manusia. Dan ilmu pengetahuan sangat memiliki hubungan yang erat sekali dengan nilai atau aksiologi.

Kata Kunci : Hubungan Nilai, Kegunaan Ilmu, Berpikir Ilmiah.

 PENDAHULUAN
Berpikir merupakan ciri utama manusia. Dr. Mr. D.C. Mulder, mengatakan, "manusia ialah makhluk yang berakal; akallah yang merupakan perbedaan pokok di antara manusia dan binatang; akallah yang menjadi dasar dari segala kebudayaan". Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Dengan berpikir manusia dapat memenuhi kehidupannya dengan mudah. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Sarana berfikir ilmiah ini dalam proses pendidikan kita, merupakan bidang studi tersendiri, artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Kemudian sarana berfikir ini digunakan untuk mengkaji hakikat ilmu.
Ilmu berasal dari kata ”Scientia” yang berarti pengetahuan tentang, tahu juga tentang, pengetahuan mendalam, faham benar-benar. Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya. Singkatnya, ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.  Hanya saja, perkembangan ilmu ternyata tidak berarti mutlak sebagai rahmat bagi kehidupan manusia. Tidak jarang, kemajuan ilmu dan teknologi yang terus berlangsung hingga saat ini, membuat banyak manusia khawatir atau bahkan takut terhadap dampak negatifnya dan banyak pula yang telah merasakan langsung akibatnya bagi kehidupan. 
Ilmu memiliki makna denotatif dan makna konotatif. Dari makna denotatif, ilmu dapat diartikan sebagai ”pengetahuan” sebagaimana dimiliki oleh setiap manusia maupun ”pengetahuan ilmiah” yang disusun secara sistematis dan dikembangkan melalui prosedur tertentu. Adapun konotasi istilah ilmu merujuk pada serangkaian aktivitas manusia yang manusiawi, bertujuan dan berhubungan dengan kesadaran. Dari titik pandang internal dan sistematis, konotasi ilmu sesungguhnya menyangkut tiga hal yaitu; proses, prosedur, dan produk. Proses menunjuk pada ”penelitian ilmiah”, prosedur mengacu pada ”metode ilmiah”. ilmu sebagai produk mengandung maksud ”pengetahuan ilmiah”. Dari dimensi sosiologi ilmu, ilmu dibedakan menjadi dua yaitu sudut pandang ”internal” yang mengacu pada ”ilmu akademis’, dan sudut pandang ”eksternal” yang mengacu pada ”ilmu industrial”. ”Ilmu akademis” relatif lebih menekankan pada pengkayaan tubuh pengetahuan ilmiah untuk pengambangan ilmu itu sendiri, tanpa adanya pemikiran untuk kemungkinan-kemungkinan penerapannya lebih jauh (ilmu untuk ilmu). Sedangkan ”ilmu industrial” memusatkan diri pada pengkajian efek-efek teknologis dari pengetahuan ilmiah yang dihasilkan oleh ”ilmu-ilmu murni”. Titik beratnya pada kemampuan instrumental ilmu dalam memecahkan problem-problem praktis di segala bidang kehidupan manusia.
Ilmu tidak hanya di pelajari dan di kaji, tetapi ilmu harus berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh bagi kehidupan manusia dalam artian ilmu harus memiliki nilai atau kegunaan (aksiologi).
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Dalam arti tertentu, jika nilai merupakan esensi yang dapat ditangkap secara langsung, maka sudah pasti hubungan antara nilai dengan eksistensi merupakan bahan yang sesuai benar bagi proses pemberian tanggapan dan memberikan sumbangan untuk memahami secara mendalam masalah-masalah yang berhubungan dengan nilai. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengannorma-norma nilai.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama.
Dari definisi  aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan sebaik-baiknya.
Dari penjelasan di atas, ilmu dalam proses pencariannya tidak terlepas dari Agama, Matematika, Bahasa, Logika, Kebudayaan, sehingga perpaduan tersebut menghasilkan kebudayaan dan tekhnologi yang dapat digunakan untuk kemaslahatan hidup manusia.

 ISI DAN PEMBAHASAN
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Adapun dalam bahasa Inggris disebut science; dari Bahasa Latin scientia (pengetahuan). Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu berarti pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Adapun beberapa ciri utama ilmu menurut termonologi, antara lain:
a) Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan. 
b)  Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran orang, sebab ilmu dapat memuat hipotesis-hipotesis dan teori-teori sendiri.
c)    Ciri hakiki ilmu ialah metodologi, karena ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah. 
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang diperoleh melalui berbagai tahapan yakni dengan metode yang sistematis dan terukur, serta melalui pengamatan ilmiah sehingga dapat dibuktikan secara ilmiah pula. Sedangkan nilai merupakan tema baru dalam filsafat, adalah aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya, muncul untuk yang pertama kalinya pada paroh kedua abad ke-19. Dalam hal ini, Plato telah membahasnya secara mendalam dalam karyanya, bahwa keindahan, kebaikan dan kekudusan merupakan tema yang penting bagi para pemikir di sepanjang zaman.
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan aksiologi menurut Jujun S. Suriasumantri diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. 
Dalam Encyclopedy of Philosophy yang dikutip oleh Amsal Bakhtiar, dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation, yakni:
a)  Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian sempit  seperti baik, menarik, bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran, dan kesucian.
b)  Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia sering kali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai dia.
c)   Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan dinilai.
Untuk mendapatkan ilmu, maka diperlukan metode yaitu sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya di gunakan langkah tertentu pula. Komponen yang melengkapi sarana berpikir ilmiah dalam prakteknya adalah :
a.       Bahasa
    Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Jadi, dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur yang dapat dia gunakan untuk mengkomunikasikan dengan orang lain. Misalnya : peneliti kimia harus menguasai bahasa ketika sedang mencari dan mengembangkan ilmu.
b.      Matematika
     Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada matematika.
c.       Logika
      Logika merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan tersebut disebut dengan logika

    Hubungan Agama dengan Teknologi, Ilmu Pengetahuan, Budaya, Logika, Sejarah, dan Matematika

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek.
   Sistem religi merupakan salah satu unsur kebudayaan universal yang mengandung kepercayaan dan perilaku yang berkaitan dengan kekuatan serta kekuasaan supernatural. Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang universal, religi dan kepercayaan terdapat di hamper semua kebudayaan masyarakat. Religi meliputi kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang lebih tinggi kedudukannya daripada manusia dan mencangkup kegiatan- kegiatan yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan- kekuatan gaib tersebut. Kepercayaan yang lahir dalam bentuk religi kuno yang dianut oleh manusia sampai masa munculnya agama- agama. Agama sukar dipisahkan dari budaya karena agama tidak akan dianut oleh umatnya tanpa budaya. Agama tidak tersebar tanpa budaya, begitupun sebaliknya, budaya akan tersesat tanpa agama.
  Sebagaimana telah diutarakan di atas, bahwa ilmu merupakan salah satu komponen atau unsur yang penting dalam kebudayaan. Ada kecenderungan pada saat ini ilmu memiliki peranan yang besar bahkan dominan dalam menciptakan ”dunia kemasuk-akalan”, sehingga pengetahuan-pengetahuan lainnya (non ilmiah) seperti agama, norma, dan tata nilai tertentu terkesan termarginalkan. Kategori ilmiah telah menjadi matra pembeda antara ”dapat dipercaya”, ”dapat dipercaya sebagian”, ”meragukan” dan ”di luar jangkauan” suatu kebenaran tertentu. Di sisi lain, scientism yang dilatarbelakangi oleh metafisika positivistik yang ”materialistis” , sudah tentu merupakan bahaya tersendiri bagi keseimbangan dan dinamika kebudayaan. Hal ini lebih dikarenakan bahwa pendekatan positivistik lebih menekankan pendekatan material dari kebudayaan. Ideologi ”ilmu untuk ilmu” atau ”ilmu itu bebas nilai” ini pada akhirnya mulai ditinggalkan karena mengingkari hubungan dialektis antara ilmu sebagai salah satu unsur kebudayaan dengan unsur kebudayaan lainnya. Setiap kebudayaan memiliki hirarki nilai yang berbeda-beda sebagai dasar penentu skala prioritas. Ada sistem kebudayaan yang menekankan nilai teori, dengan mendudukan rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah sebagai dasar penentu ”dunia objektif”. Ada pula kebudayaan yang menempatkan nilai ekonomi, nilai politis, maupun nilai religius, sebagai acuan dasar dari seluruh dinamika unsur kebudayaan yang lain. Setiap pilihan orientasi nilai dari kebudayaan akan memiliki konsekuensi masing-masing baik pada taraf ideasional maupun operasional.
1
                   Hubungan Teknologi dengan Kebudayaan
Teknologi merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan sebagaimana unsur-unsur lainnya seperti metafisika, ilmu, filsafat, humaniora, ideologi, dan seni rupa (The Liang Gie, 1982: 88). Teknologi lebih berperan dalam membangun ”unsur material” kebudayaan manusia. Bila pada milenium pertama manusia bergumul antara dua aktivitas yaitu merenung dan berpikir, setelah itu manusia terlibat dalam pergulatan baru yaitu berpikir dan bertindak. Teknologi memiliki suatu potensi merubah kesadaran intelektual dan moral dari individu manusia. Teknologi berperan besar terhadap komponen kebudayaan lain maupun terhadap manusia secara individu. Pada tingkat tertentu teknologi mengkondisikan ”kebudayaan baru”. Contonya adalah teknologi komputer dengan jaringan internetnya telah mengkondisikan manusia baik secara individu maupun sosial secara berbeda dengan manusia atau masyarakat tanpa komputer. Kajian hubungan teknologi dengan budaya selanjutnya dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut teknologi dan dari sudut kebudayaan. Dari sudut teknologi, terbuka alternatif untuk memandang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positivistis atau ”teknologi tepat”. Paradigama teknologi - 38 - postivistis yang didasari oleh metafisika materrialistis jelas memiliki kekuatan dalam menguasai, mengurus, dan memuaskan hasrat manusia yang tak terbatas. Sedangkan paradigma ”teknologi tepat” lebih menuntut kearifan manusia untuk ”hidup secara wajar”. Dari sudut pandang kebudayaan, teknologi dewasa ini merupakan anak kandung ”kebudayaan barat”, danini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistemik terhadap teknologi harus dilihat dalamkerangka ”komunikasi antar sistem kebudayaan”. Sehingga, bagi negara atau masyarakat pengembang teknologi, suatu penemuan teknologi baru merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun ”dunia objektif” yang baru; sedangkan bagi negara atau masyarakat yang menjadi ”konsumen teknologi”, suatu konsumsi teknologi baru bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, bahkan ”invasi kebudayaan”.
Kebudayaan diartikan sebagai sesuatu yang kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga. Adapun sifat dan hakekat dari kebudayaan yaitu :
1)      Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
2)      Kebudayaan telah ada lebih dulu menahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang berangkutan.
3)      Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingah lakunya.
4)      Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiaban kewajiban, tindakan yang diterima dan ditolak, yang dilarang dan diijinkan.
2)      Hubungan Agama, Ilmu, Teknologi, Dan Kebudayaan
Ø  Agama dapat dilihat sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah-masalah penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya dengan teknologi maupun sistem organisasi sosial yang dikenalnya.
Ø  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Ø  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta inteligensi manusia
Ø  Budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu.
Ø  Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan dapat berkembang melalui kepribadiankepribadian tersebut.
Ø  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Agama sukar dipisahkan dari budaya karena agama tidak akan dianut oleh umatnya tanpa budaya. Agama tidak tersebar tanpa budaya, begitupun sebaliknya, budaya akan tersesat tanpa agama.
Definisi dan Batasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ilmu (science) termasuk pengetahuan (knowledge). Yang dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu yang dinamakan metode ilmiah. Pengertian pengetahuan lebih luas daripada ilmu. Pengetahuan adalah produk pemikiran. Berpikir merupakan suatu proses yang mengikuti jalan tertentu dan akhirnya menuju kepada suatu kesimpulan dan membuahkan suatu pendapat atau pengetahuan. Menurut Leonard Nash (dalam The Nature of Natural Sciences, 1963 cit. Soemitro, 1990), ilmu pengetahuan adalah suatu institusi sosial (social institution) dan juga merupakan prestasi perseorangan (individual achievement). Istilah teknologi berasal dari perkataan Yunani technologia yang artinya pembahasan sistematik tentang seluruh seni dan kerajinan. Teknologi yaitu usaha manusia dalam mempergunakan segala bantuan fisik atau jasa-jasa yang dapat memperbesar produktivitas manusia melalui pemahaman yang lebih baik, adaptasi dan kontrol, terhadap lingkungannya. Teknologi merupakan penerapan. Oleh karena itu, teknologi berbeda dalam dimensi ruang dan waktu (Soemitro, 1990).
Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia Teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia secara sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta inteligensi manusia.Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia. Peran Manusia Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia. Manfaat manfaat inilah yang mula-mula menjadi tujuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan hingga menghasilkan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sanggup membawa berkah bagi umat manusia berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan dalam benak manusia.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan sebaik-baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi keilmuwan.
PENUTUP
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan nilai merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kalaupun di awal pertumbuhannya dogma agama membuat ilmu gerah dan ingin melepaskan diri, hal ini tentu tidak berarti bahwa ilmu dapat berjalan sendiri tanpa nilai. Namun, bukan berarti pula nilai agama memberikan batasan berlebihan pada ilmu sehingga ilmu tak diberi kesempatan untuk berkembang.
Karenanya, saya menyimpulkan bahwa ilmu terutama dalam penerapannya di masyarakat harus memperhatikan nilai-nilai yang terkait dengannya. Ilmu tak boleh lepas begitu saja dan membiarkan ia berkembang tanpa memberikan implikasi positif bahkan berdampak negatif bagi kesejahteraan umat manusia. Perlu disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan harus diiringi dengan kesejahteraan dan kemudahan yang dapat dirasakan manusia tanpa mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri. Masa depan ilmu yang sesuai tujuan mulianya sangat bergantung pada kesadaran dan kemauan manusia untuk memperhatikan nilai-nilai ketika menerapkan ilmu tersebut.  



DAFTAR PUSTAKA
1.      Abdullah, M. Yatimin. 2006. Pengantar Studi Etika. Jakarta, Raja Grafindo Persada.
2.      I Gusti Bagus Rai Utama. Ilmu dan logika. Universitas Dhyana Pura Badung Edisi 2013.
  1. Salam Burhanuddin, Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Reneka Cipta, 1997), cet. Ke-1.
4.      Sumatriasumatri Jujun S. 1988. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ada jurnal aslinya gak Min?