HUBUNGAN
NILAI KEGUNAAN ILMU DAN KAITANNYA DENGAN KEGIATAN BERFIKIR ILMIAH
ABSTRAK
Ilmu
pengetahuan sebagai bagian dari hasil karya manusia mengalami perkembangan yang
semakin pesat. Seiring dengan perkembangannya, ilmu terbagi ke dalam beberapa
disiplin yang membutuhkan pendekatan, sifat, objek, dan ukuran yang berbeda
antara disiplin ilmu yang satu dengan lainnya. Perkembangan yang pesat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi tidak jarang justru menimbulkan keresahan di
tengah masyarakat. Padahal ilmu pengetahuan terutama yang telah diterapkan
menjadi sebuah teknologi yaang menawarkan berjuta kemudahan dan kenyamanan bagi
manusia. Ciri hakiki ilmu ialah metodologi, karena ilmu tidak dicapai dengan
penggabungan tidak teratur dan tidak terarah. Sedangkan nilai berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh dalam hal ini adalah aksiologi.
Aksiologi adalah
nilai atau kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia atau kajian
tentang nilai-nilai.
Berkenaan dengan nilai guna ilmu,
baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu
itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat
mengubah wajah dunia. Maka, untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu
tersebut dilakukan dengan kegiatan berfikir ilmiah. Kegiatan ilmiah adalah
suatu proses mendapatkan ilmu dengan langkah-langkah yang sistematis. Seorang
ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Jadi, ilmu pengetahuan sangat
berguna sekali untuk kehidupan manusia. Dan ilmu pengetahuan sangat memiliki
hubungan yang erat sekali dengan nilai atau aksiologi.
Kata Kunci : Hubungan Nilai,
Kegunaan Ilmu, Berpikir Ilmiah.
PENDAHULUAN
Berpikir
merupakan ciri utama manusia. Dr. Mr. D.C. Mulder, mengatakan, "manusia
ialah makhluk yang berakal; akallah yang merupakan perbedaan pokok di antara
manusia dan binatang; akallah yang menjadi dasar dari segala kebudayaan".
Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Dengan berpikir
manusia dapat memenuhi kehidupannya dengan mudah. Namun sayang, kebanyakan
mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya.
Sarana berfikir ilmiah ini dalam proses pendidikan kita, merupakan bidang studi
tersendiri, artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita
mempelajari berbagai cabang ilmu. Kemudian sarana berfikir ini digunakan untuk
mengkaji hakikat ilmu.
Ilmu
berasal dari kata ”Scientia” yang berarti pengetahuan tentang, tahu juga
tentang, pengetahuan mendalam, faham benar-benar. Ilmu merupakan sesuatu yang paling
penting bagi manusia, karena dengan ilmu keperluan dan kebutuhan manusia bisa
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan kemajuan ilmu juga manusia
bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,
komunikasi dan lain sebagainya. Singkatnya, ilmu merupakan sarana untuk
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Hanya saja, perkembangan
ilmu ternyata tidak berarti mutlak sebagai rahmat bagi kehidupan manusia. Tidak
jarang, kemajuan ilmu dan teknologi yang terus berlangsung hingga saat ini,
membuat banyak manusia khawatir atau bahkan takut terhadap dampak negatifnya
dan banyak pula yang telah merasakan langsung akibatnya bagi kehidupan.
Ilmu memiliki
makna denotatif dan makna konotatif. Dari makna denotatif, ilmu dapat diartikan
sebagai ”pengetahuan” sebagaimana dimiliki oleh setiap manusia maupun
”pengetahuan ilmiah” yang disusun secara sistematis dan dikembangkan melalui
prosedur tertentu. Adapun konotasi istilah ilmu merujuk pada serangkaian
aktivitas manusia yang manusiawi, bertujuan dan berhubungan dengan kesadaran.
Dari titik pandang internal dan sistematis, konotasi ilmu sesungguhnya
menyangkut tiga hal yaitu; proses, prosedur, dan produk. Proses menunjuk pada
”penelitian ilmiah”, prosedur mengacu pada ”metode ilmiah”. ilmu sebagai produk
mengandung maksud ”pengetahuan ilmiah”. Dari dimensi sosiologi ilmu, ilmu
dibedakan menjadi dua yaitu sudut pandang ”internal” yang mengacu pada ”ilmu
akademis’, dan sudut pandang ”eksternal” yang mengacu pada ”ilmu industrial”.
”Ilmu akademis” relatif lebih menekankan pada pengkayaan tubuh pengetahuan
ilmiah untuk pengambangan ilmu itu sendiri, tanpa adanya pemikiran untuk
kemungkinan-kemungkinan penerapannya lebih jauh (ilmu untuk ilmu). Sedangkan
”ilmu industrial” memusatkan diri pada pengkajian efek-efek teknologis dari
pengetahuan ilmiah yang dihasilkan oleh ”ilmu-ilmu murni”. Titik beratnya pada
kemampuan instrumental ilmu dalam memecahkan problem-problem praktis di segala
bidang kehidupan manusia.
Ilmu tidak hanya
di pelajari dan di kaji, tetapi ilmu harus berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh bagi kehidupan manusia dalam artian ilmu harus memiliki nilai atau
kegunaan (aksiologi).
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang
menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan. Dalam arti tertentu, jika nilai merupakan esensi yang dapat
ditangkap secara langsung, maka sudah pasti hubungan antara nilai dengan
eksistensi merupakan bahan yang sesuai benar bagi proses pemberian tanggapan
dan memberikan sumbangan untuk memahami secara mendalam masalah-masalah yang
berhubungan dengan nilai. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengannorma-norma nilai.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan
ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu
harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat;
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam
usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama.
Dari
definisi
aksiologi di atas,
terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai
yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia,
maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma
kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah
laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang
normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Ilmu
menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya
dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi
bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus
diperhatikan sebaik-baiknya.
Dari
penjelasan di atas, ilmu dalam proses pencariannya tidak terlepas dari Agama, Matematika,
Bahasa, Logika, Kebudayaan, sehingga perpaduan tersebut menghasilkan kebudayaan
dan tekhnologi yang dapat digunakan untuk kemaslahatan hidup manusia.
ISI DAN PEMBAHASAN
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman
yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Adapun dalam bahasa Inggris
disebut science; dari Bahasa Latin scientia (pengetahuan). Dalam kamus besar
bahasa Indonesia ilmu berarti pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Adapun beberapa ciri utama ilmu menurut termonologi, antara
lain:
a) Ilmu adalah sebagian pengetahuan
yang bersifat empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
b) Ilmu tidak memerlukan kepastian
lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran orang, sebab ilmu dapat memuat
hipotesis-hipotesis dan teori-teori sendiri.
c) Ciri hakiki ilmu ialah metodologi,
karena ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak
terarah.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang
diperoleh melalui berbagai tahapan yakni dengan metode yang sistematis dan
terukur, serta melalui pengamatan ilmiah sehingga dapat dibuktikan secara
ilmiah pula. Sedangkan nilai merupakan tema baru dalam filsafat, adalah
aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya, muncul untuk yang pertama
kalinya pada paroh kedua abad ke-19. Dalam hal ini, Plato telah membahasnya
secara mendalam dalam karyanya, bahwa keindahan, kebaikan dan kekudusan
merupakan tema yang penting bagi para pemikir di sepanjang zaman.
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan aksiologi menurut Jujun S. Suriasumantri diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Dalam Encyclopedy of Philosophy yang dikutip oleh Amsal Bakhtiar, dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation, yakni:
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan aksiologi menurut Jujun S. Suriasumantri diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Dalam Encyclopedy of Philosophy yang dikutip oleh Amsal Bakhtiar, dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation, yakni:
a) Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam
pengertian sempit seperti baik, menarik, bagus. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas mencakupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran, dan kesucian.
b)
Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita
berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia sering kali dipakai untuk merujuk
kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai
dia.
c)
Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
memberi nilai, dan dinilai.
Untuk
mendapatkan ilmu, maka diperlukan metode yaitu sarana berpikir ilmiah. Sarana
berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya di gunakan langkah
tertentu pula. Komponen yang melengkapi sarana berpikir ilmiah dalam prakteknya
adalah :
a. Bahasa
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia
pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Jadi,
dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur yang dapat dia gunakan untuk
mengkomunikasikan dengan orang lain. Misalnya : peneliti kimia harus menguasai
bahasa ketika sedang mencari dan mengembangkan ilmu.
b. Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan padanya. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka
kita berpaling kepada matematika.
c. Logika
Logika merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan
kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan tersebut
disebut dengan logika
Hubungan Agama dengan Teknologi, Ilmu
Pengetahuan, Budaya, Logika, Sejarah, dan Matematika
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di satu sisi memang berdampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern
industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat.
Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan
membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Di sinilah, peran agama sebagai
pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama
memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya
mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin Pola hubungan pertama adalah
pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar oleh agama
dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula
sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan
orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan
orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Pola hubungan ke dua adalah
perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang
bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara
keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai
wilayah kebenaran yang berbeda. Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam
pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran
ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama
tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama
sekali. mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan
iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya
Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama
dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara
teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung
pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama,
pengembangan iptek.
Sistem religi merupakan salah satu unsur
kebudayaan universal yang mengandung kepercayaan dan perilaku yang berkaitan
dengan kekuatan serta kekuasaan supernatural. Sebagai salah satu unsur
kebudayaan yang universal, religi dan kepercayaan terdapat di hamper semua
kebudayaan masyarakat. Religi meliputi kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang
lebih tinggi kedudukannya daripada manusia dan mencangkup kegiatan- kegiatan
yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan
kekuatan- kekuatan gaib tersebut. Kepercayaan yang lahir dalam bentuk religi
kuno yang dianut oleh manusia sampai masa munculnya agama- agama. Agama sukar
dipisahkan dari budaya karena agama tidak akan dianut oleh umatnya tanpa
budaya. Agama tidak tersebar tanpa budaya, begitupun sebaliknya, budaya akan
tersesat tanpa agama.
Sebagaimana
telah diutarakan di atas, bahwa ilmu merupakan salah satu komponen atau unsur
yang penting dalam kebudayaan. Ada kecenderungan pada saat ini ilmu memiliki
peranan yang besar bahkan dominan dalam menciptakan ”dunia kemasuk-akalan”,
sehingga pengetahuan-pengetahuan lainnya (non ilmiah) seperti agama, norma, dan
tata nilai tertentu terkesan termarginalkan. Kategori ilmiah telah menjadi
matra pembeda antara ”dapat dipercaya”, ”dapat dipercaya sebagian”, ”meragukan”
dan ”di luar jangkauan” suatu kebenaran tertentu. Di sisi lain, scientism yang
dilatarbelakangi oleh metafisika positivistik yang ”materialistis” , sudah
tentu merupakan bahaya tersendiri bagi keseimbangan dan dinamika kebudayaan.
Hal ini lebih dikarenakan bahwa pendekatan positivistik lebih menekankan
pendekatan material dari kebudayaan. Ideologi ”ilmu untuk ilmu” atau ”ilmu itu
bebas nilai” ini pada akhirnya mulai ditinggalkan karena mengingkari hubungan
dialektis antara ilmu sebagai salah satu unsur kebudayaan dengan unsur
kebudayaan lainnya. Setiap kebudayaan memiliki hirarki nilai yang berbeda-beda
sebagai dasar penentu skala prioritas. Ada sistem kebudayaan yang menekankan
nilai teori, dengan mendudukan rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah
sebagai dasar penentu ”dunia objektif”. Ada pula kebudayaan yang menempatkan
nilai ekonomi, nilai politis, maupun nilai religius, sebagai acuan dasar dari
seluruh dinamika unsur kebudayaan yang lain. Setiap pilihan orientasi nilai
dari kebudayaan akan memiliki konsekuensi masing-masing baik pada taraf
ideasional maupun operasional.
1
Hubungan Teknologi
dengan Kebudayaan
Teknologi
merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan sebagaimana unsur-unsur lainnya
seperti metafisika, ilmu, filsafat, humaniora, ideologi, dan seni rupa (The
Liang Gie, 1982: 88). Teknologi lebih berperan dalam membangun ”unsur material”
kebudayaan manusia. Bila pada milenium pertama manusia bergumul antara dua
aktivitas yaitu merenung dan berpikir, setelah itu manusia terlibat dalam
pergulatan baru yaitu berpikir dan bertindak. Teknologi memiliki suatu potensi
merubah kesadaran intelektual dan moral dari individu manusia. Teknologi
berperan besar terhadap komponen kebudayaan lain maupun terhadap manusia secara
individu. Pada tingkat tertentu teknologi mengkondisikan ”kebudayaan baru”.
Contonya adalah teknologi komputer dengan jaringan internetnya telah mengkondisikan
manusia baik secara individu maupun sosial secara berbeda dengan manusia atau
masyarakat tanpa komputer. Kajian hubungan teknologi dengan budaya selanjutnya
dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut teknologi dan dari sudut
kebudayaan. Dari sudut teknologi, terbuka alternatif untuk memandang hubungan
antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positivistis atau ”teknologi
tepat”. Paradigama teknologi - 38 - postivistis yang didasari oleh metafisika
materrialistis jelas memiliki kekuatan dalam menguasai, mengurus, dan memuaskan
hasrat manusia yang tak terbatas. Sedangkan paradigma ”teknologi tepat” lebih
menuntut kearifan manusia untuk ”hidup secara wajar”. Dari sudut pandang
kebudayaan, teknologi dewasa ini merupakan anak kandung ”kebudayaan barat”,
danini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistemik terhadap
teknologi harus dilihat dalamkerangka ”komunikasi antar sistem kebudayaan”.
Sehingga, bagi negara atau masyarakat pengembang teknologi, suatu penemuan teknologi
baru merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun ”dunia
objektif” yang baru; sedangkan bagi negara atau masyarakat yang menjadi
”konsumen teknologi”, suatu konsumsi teknologi baru bermakna inkulturasi
kebudayaan, akulturasi kebudayaan, bahkan ”invasi kebudayaan”.
Kebudayaan
diartikan sebagai sesuatu yang kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan
lainnya, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua
kebudayaan dimanapun juga. Adapun sifat dan hakekat dari kebudayaan yaitu :
1) Kebudayaan
terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
2) Kebudayaan
telah ada lebih dulu menahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan
mati dengan habisnya usia generasi yang berangkutan.
3) Kebudayaan
diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingah lakunya.
4) Kebudayaan
mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiaban kewajiban, tindakan yang
diterima dan ditolak, yang dilarang dan diijinkan.
2)
Hubungan
Agama, Ilmu, Teknologi, Dan Kebudayaan
Ø Agama
dapat dilihat sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia
untuk menangani masalah-masalah penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak
dapat dikendalikannya dengan teknologi maupun sistem organisasi sosial yang
dikenalnya.
Ø Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber
daya alam lebih efektif dan efisien, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari.
Ø Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam
keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta inteligensi
manusia
Ø Budaya
mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam
masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat
tertentu.
Ø Di
dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan
akan dapat berkembang melalui kepribadiankepribadian tersebut.
Ø Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi berdampak positif, yakni
dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek
berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat
manusia. Agama sukar dipisahkan dari budaya karena agama tidak akan dianut oleh
umatnya tanpa budaya. Agama tidak tersebar tanpa budaya, begitupun sebaliknya,
budaya akan tersesat tanpa agama.
Definisi dan
Batasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ilmu (science) termasuk pengetahuan
(knowledge). Yang dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan yang diperoleh dengan
cara tertentu yang dinamakan metode ilmiah. Pengertian pengetahuan lebih luas
daripada ilmu. Pengetahuan adalah produk pemikiran. Berpikir merupakan suatu
proses yang mengikuti jalan tertentu dan akhirnya menuju kepada suatu
kesimpulan dan membuahkan suatu pendapat atau pengetahuan. Menurut Leonard Nash
(dalam The Nature of Natural Sciences, 1963 cit. Soemitro, 1990), ilmu
pengetahuan adalah suatu institusi sosial (social institution) dan juga
merupakan prestasi perseorangan (individual achievement). Istilah teknologi
berasal dari perkataan Yunani technologia yang artinya pembahasan sistematik tentang
seluruh seni dan kerajinan. Teknologi yaitu usaha manusia dalam mempergunakan
segala bantuan fisik atau jasa-jasa yang dapat memperbesar produktivitas
manusia melalui pemahaman yang lebih baik, adaptasi dan kontrol, terhadap
lingkungannya. Teknologi merupakan penerapan. Oleh karena itu, teknologi
berbeda dalam dimensi ruang dan waktu (Soemitro, 1990).
Peran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia Teknologi adalah sarana yang
digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan manusia secara sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan
efisien, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja membantu
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Perkembangan ilmu
pengetahuandan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam keterampilandan
kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta inteligensi manusia.Lebih
jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi
manusia. Peran Manusia Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil
mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia. Manfaat manfaat inilah yang
mula-mula menjadi tujuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan hingga
menghasilkan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sanggup
membawa berkah bagi umat manusia berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang
sebelumnya tidak pernah terpikirkan dalam benak manusia.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada
masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat
bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah
pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan sebaik-baiknya. Dalam
filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi keilmuwan.
PENUTUP
Dari uraian di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan nilai merupakan satu kesatuan yang tak
dapat dipisahkan. Kalaupun di awal pertumbuhannya dogma agama membuat ilmu
gerah dan ingin melepaskan diri, hal ini tentu tidak berarti bahwa ilmu dapat
berjalan sendiri tanpa nilai. Namun, bukan berarti pula nilai agama memberikan
batasan berlebihan pada ilmu sehingga ilmu tak diberi kesempatan untuk
berkembang.
Karenanya, saya menyimpulkan bahwa ilmu terutama dalam penerapannya di masyarakat harus memperhatikan nilai-nilai yang terkait dengannya. Ilmu tak boleh lepas begitu saja dan membiarkan ia berkembang tanpa memberikan implikasi positif bahkan berdampak negatif bagi kesejahteraan umat manusia. Perlu disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan harus diiringi dengan kesejahteraan dan kemudahan yang dapat dirasakan manusia tanpa mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri. Masa depan ilmu yang sesuai tujuan mulianya sangat bergantung pada kesadaran dan kemauan manusia untuk memperhatikan nilai-nilai ketika menerapkan ilmu tersebut.
Karenanya, saya menyimpulkan bahwa ilmu terutama dalam penerapannya di masyarakat harus memperhatikan nilai-nilai yang terkait dengannya. Ilmu tak boleh lepas begitu saja dan membiarkan ia berkembang tanpa memberikan implikasi positif bahkan berdampak negatif bagi kesejahteraan umat manusia. Perlu disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan harus diiringi dengan kesejahteraan dan kemudahan yang dapat dirasakan manusia tanpa mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri. Masa depan ilmu yang sesuai tujuan mulianya sangat bergantung pada kesadaran dan kemauan manusia untuk memperhatikan nilai-nilai ketika menerapkan ilmu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah,
M. Yatimin. 2006. Pengantar Studi Etika. Jakarta, Raja Grafindo Persada.
2. I Gusti Bagus Rai Utama. Ilmu dan logika.
Universitas Dhyana Pura Badung Edisi 2013.
- Salam Burhanuddin, Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Reneka Cipta, 1997), cet. Ke-1.
4. Sumatriasumatri Jujun S. 1988. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan.
1 komentar:
ada jurnal aslinya gak Min?
Posting Komentar