BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua
individu, di dalam setiap ajaran agama menganjurkan agar setiap individu wajib
berusaha untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur
formal, non formal dan informal.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga (non formal) memiliki
peranan yang sangat penting. Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan
yang pertama berasal dari lingkungan keluarga. Selain dari keluarga pendidikan
dapat diperoleh pula dari lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau lembaga
formal lainnya yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Dalam lingkungan
formal ini setiap individu akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai
pedoman dan etika moral kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi pergaulan
di masyarakat.Lingkungan ketiga yang menjadi penentu sukses tidaknya pendidikan
iindividu adalah lingkungan masyarakat (informal), lingkungan ini menuntut
pengaplikasian pendidikan yang telah didapat oleh seorang individu baik dari lingkungan
keluarga maupun dari lingkungan formal.
B.
Perumusan Masalah
Pembahasan materi ini meliputi :
1. Latar Belakang Pendidikan.
2. Pengertian pendidikan
3. Pengertian Lingkungan Pendidikan
4. Masalah – masalah yang mempengaruhi
dalam lingkungan pendidikan
5. Pengaruh lingkungan formal, non
formal dan informal terhadap
lingkungan
pendidikan.
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah
:
1. Menggali informasi mengenai pengaruh
lingkungan pendidikan formal, non formal dan informal terhadap prestasi pendidikan.
2. Melengkapi salah satu tugas mata
kuliah.
3. Mengenalkan arti, bentuk dan fungsi
lingkungan pendidikan.
4. Sebagai sumbangsih pengetahuan untuk
masyarakat mengenai “Pengaruh lingkungan pendidikan”.
5. Mencari sumber informasi untuk dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan
Tujuan
pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam pendidikan,
karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh
pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat
dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan
yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru. Demikian pula sejak
Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan
dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan
kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
B.
Pengertian Pendidikan menurut Para Ahli
1.
John Dewey.
Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual,
emosional ke arah alam dan sesama manusia.
2.
M.J. Longeveled
Pendidikan adalah usaha , pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada
kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan
tugas hidupnya sendiri.
3.
Frederick J. Mc Donald
Pendidikan
adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat
(behavior) manusia.
4.
H. Horne
Pendidikan
adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang berkembang secara fisik
dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.
5.
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan
adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak,
agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya.
6.
Ahmad D. Marimba
Pendidikan
adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
7.
Edgar Dalle
Pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik
agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap
untuk masa yang akan datang.
8.
Hartoto
Pendidikan
adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan terus-menerus dalam upaya
memanusiakan manusia.
9.
Ngalim Purwanto
Pendidikan
adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
10.
W.P. Napitulu
Pendidikan
adalah kegiatan yang secara sadar, teratur, dan terencana dalam tujuan mengubah
tingkah laku ke arah yang diinginkan.
C.
Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang dan GBHN
Rumusan
tujuan pendidikan yang dikemukakan di dalam Ketetapan MPRS dan MPR serta UUSPN
No. 2 Tahun 1989 dan GBHN adalah sebagai beriku
1. Tap MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1996 Bab
II Pasal 3
dicantumkan: “Tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki Pembukaan dan Isi Undang-Undang
Dasar 1945”.
2. Tap MPR No. IV/ MPR / 1978 menyebutkan “ Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
3. Di dalam Tap MPR No. II / MPR/ 1988 dikatakan: “Pendidikan Nasional
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkeperibadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani”.
4. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab II pasal 4 dikemukakan: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki penetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan
5. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
6. GBHN Pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
Dari
beberapa pengertian pendidikan di atas, pada dasarnya pengertian pendidikan
yang dikemukakan memiliki kesamaan yaitu usaha sadar, terencana, sistematis,
berlangsung terus-menerus, dan menuju kedewasaan. Pendidikan adalah usaha
manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Pendidikan
diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal kemudian mengolah
informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan
adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (Peserta Didik)
untuk dapat membuat manusia (Peserta Didik) itu mengerti, paham, dan lebih
dewasa serta mampu membuat manusia (Peserta Didik) lebih kritis dalam berpikir.
D.
Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan
pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena suatu dan lain
hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Manusia selama
hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah dan masyarakat
luas. Ketiga lingkungan itu sering di sebut tripusat pendidikan, yang akan
mempengaruhi manusia secara bervariasi. Seperti diketahui, setiap bayi manusia
dilahirkan dalam lingkungan keluarga tertentu, yang merupakan lingkungan
pendidikan penting sampai anak mulai masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah.
Oleh karena itu, keluarga sering dipandang sebagai lingkungan pendidikan
pertama dan utama.
Makin
bertambah usia manusia, peranan sekolah dan masyarakat luas makin penting,
namun peranan keluarga tidak terputus. Di dalam UU RI No. 2 tahun 1989 tentang
Sisdiknas, peranan ketiga dari pusat pendidikan itu menjiwai berbagai ketentuan
di dalamnya. Pasal 1 ayat 3 menetapkan bahwa Sisdiknas adalah satu keseluruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu
dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional,
pasal selanjutnya, menetapkan tentang dua jalur pendidikan, yakni jalur
pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (meliputi keluarga,
kelompok belajar, dan sebagainya).
Sedangkan
penjelasan UU No 2 tahun 1989 itu menetapkan tentang tanggung jawab bersama
keluarga, masyarakat dan pemerintahan dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh
karena itu, kajian tentang peranan dan fungsi setiap pusat pendidikan tersebut
sangat penting, karena akan memberikan wawasan yang tepat serta pemahaman yang
luas dan menyeluruh tentang lingkup kegiatan dan upaya pendidikan itu.
1.
Fungsi Lingkungan Pendidikan
Manusia
memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman
itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efesien dan efektif itulah yang
disebut dengan lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama
pendidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara
umum fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan
berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang
optimal.
2.
Tripusat Pendidikan
Manusia
sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat dan ketiganya
disebut tripusat pendidikan. Lingkungan pendidikan yang mula-mula tetapi
terpenting adalah keluarga. Pada masyarakat yang masih sederhana dengan
struktur sosial yang belum kompleks, cakrawala anak sebagaian besar masih
terbatas pada keluarga. Pada masyarakat tersebut keluarga mempunyai dua fungsi:
Fungsi produksi dan fungsi konsumsi. Kedua fungsi itu mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap anak.
Kehidupan
masa depan anak pada masyarakat tradisional umum tidak jauh berbeda dengan
kehidupan orang tuanya. Pada masyarakat tersebut, orang tua mengajar pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup; orang tua pula yang melatih dan
memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, sampai anak menjadi dewasa
dan berdiri sendiri. Tetapi pada masyarakat modern di mana industrialisasi
semakin berkembang dan memerlukan spesialisasi, maka pendidikan yang semula
menjadi tanggung jawab keluarga itu kini sebagian besar diambil alih oleh
sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya.
Pada
tingkat yang paling permulaan fungsi ibu sebagai sudah diambil alih oleh pendidikan
prasekolah. Pada tingkat spesialisasi yang rumit, pendidikan keterampilan sudah
tidak berada pada ayah lagi sebab sudah diambil alih oleh sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi.
Bahkan
fungsi pemberntukan watak dan sikap mental pada masyarakat modern
berangsur-angsur diambil alih oleh sekolah dan organisasi sosial lainnya
seperti perkumpulan pemuda dan pramuka, lembaga-lembaga keagamaan, media massa,
dan sebagainya.
Peranan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi pendidikan. Hal
ini dikarenakan setiap individu yang terlibat dalam proses pendidikan saling
berinteraksi menjadi satu kesatuan dengan lingkungannya.
Lingkungan pendidikan sendiri dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1) Pendidikan Formal
2) Pendidikan Informal
3) Pendidikan Non Formal
Pendidikan dalam lingkungan keluarga
memiliki peranan penting terhadap perkembangan anak. Orang tua bertanggung
jawab terhadap semua peningkatan dan kemajuan pendidikan anak-anaknya. Begitu
juga dengan lingkungan sekolah, disana para guru bertanggung jawab terhadap
kemajuan prestasi anak didiknya. Selain lingkungan keluarga dan sekolah,
lingkungan masyarakat juga sangat berperan penting dalam peningkatan prestasi
anak didik yaitu dengan peran sertanya dalam pendidikan luar sekolah
Pendidikan merupakan hal mutlak yang
harus dipenuhi oleh setiap individu, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua.
Ada istilah mengatakan “tidak ada kata terlambat untuk belajar” Betapa penting
dan perlunya pendidikan itu bagi anak-anak. Dan jelaslah pula mengapa anak-anak
itu harus mendapat pendidikan. “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa
dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan”. “Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan
sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan
rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat”.
Lingkungan adalah kesatuan tempat
dan unsur yang membentuk dan mendukung suatu komunitas baik kecil maupun besar
yang menjadi pendukung hidup dalam kehidupan suatu makhluk hidup. Lingkungan
dapat berupa biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Selain unsur yang
nampak ada juga unsur yang tidak nampak seperti sifat, kelakuan, pola pikir,
ideolodi, keyakinan, dan sebagainya. Selain itu lingkungan dapat diartikan pula
sebagai tempat berkumpulnya satu individu dengna individu lainnya.
3.
Lingkungan Formal ( Sekolah)
Adalah
lingkungan tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lain di sebuah
tempat belajar/sekolah.
Di
antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja
dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Seperti telah dikemukakan bahwa karena
kemajuan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan
aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin
penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam
proses pembangunan masyarakat itu.
Dari
sisi lain, sekolah juga menerima banyak kritik atas berbagai kelemahan dan
kekurangannya, yang mencapai puncaknya dengan gagasan Ivan Illich untuk
membebaskan masyarakat dari wajib sekolah dengan buku yang terkenal Bebas dari
Sekolah. Meskipun gagasan itu belum dapat diwujudkannya, termasuk di negara
Meksiko, namun kritik terhadap sekolah patut mendapat perhatian.
Oleh
karena itu, kajian ini terutama diarahkan kepada pencarian berbagai upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan peranan dan fungsi sekolah untuk tantangan.
Asumsi kajian ini adalah sekolah harus diupayakan sedemikian rupa agar
mencerminkan suatu masyarakat Indonesia di masa depan itu, sehingga peserta
didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri untuk
melaksanakannya peran itu. Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat
pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga
masyarakat, warga negara dan warga dunia di masa depan.
4.
Lingkungan Non Formal (Keluarga)
Adalah
lungkungan atau tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya dalam
satu keluarga. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari
sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga dapat
berbentuk inti maupun keluarga yang diperluas . Pada umumnya jenis kedualah
yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota
keluarga yang mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun
pada akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak.
Di
samping faktor iklim sosial itu, faktor-faktor lain dalam keluarga itu ikut
pula mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat
kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebaginya. Dengan kata lain, tumbuh
kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarga.
5.
Lingkungan Informal (Masyrakat)
Adalah
lingkungan atau tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya dalam
satu lingkungan, baik dalam lingkungan desa satu ataupun dengan desa lainnya.
Kaitan antara masyarakat dan
pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:
1)
Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik
dilembagakan maupun yang tidak dilembagakan.
2)
Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di
masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peranan dan
fungsi edukatif.
3)
Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang
dirancang maupun yang dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam
bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari
pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia
berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar
yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
E.
Masalah-Masalah Yang Mempengaruhi dalam Lingkungan
Pendidikan
1.
Masalah pendidikan Formal
Pendidikan
formal umumnya didirikan oleh pemerintah atau lembaga tertentu yang berkompeten
dalam bidang pendidikan. Contohnya Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Dasar Luar Biasa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan seterusnya. Pendidikan
formal ini selain didirikan oleh pihak pemerintah juga didirikan pula oleh
Pihak Swasta. Keberadaan pihak swasta menjadikan pendidikan formal semakin
mudah untuk didapat.Dari keberadaan pendidikan formal, masalah yang sering
muncul adalah kurangnya tenaga pendidik yang profesional. Banyak para guru
dalam mengajar tidak menggunakan metode pengajaran yang baik dan kurangnya jiwa
pendidik, mereka hanya bisa mengajar tapi tidak bisa mendidik.
2.
Masalah Pendidikan Non Formal
Pendidikan
Non Formal berada dalam lingkungan keluarga. Baik buruknya pendidikan keluarga
ditentukan oleh kepala keluarga masing-masing dalam memanajemen keluarganya.
Masalah yang sering muncul dalam lingkungan pendidikan non formal adalah
kurangnya perhatian keluarga kepada anak, minimnya keadaan keuangan keluarga
sehingga banyak anak-anak mereka yang tidak mampu mengenyam pendidikan tinggi.
3.
Masalah Lingkungan Pendidikan Informal
Pendidikan
informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, selain yang
bentuknya formal ada juga yang tidak formal. Masalah yang sring terjadi dalam
pendidikan informal adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemahaman
pendidikan, sehingga pergaulan dalam masyarakat menjadi rudak dan individu
tersebut tidak bisa mengartikan betapa pentingnya pendidikan bagi dirinya
sendiri kelak maupun bagi masyarakat sekitar.
F.
Pengaruh Lingkungan Formal, Informal dan Non Formal terhadap
Lingkungan Pendidikan
1.
Pengaruh Lingkungan Formal
lingkungan sekolah, sangat berperan
pada individu tersebut dimana ia bisa belajar dari mulai usai 4 tahun hingga 23
tahun atau dari mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Dari guru atau sekolah
individu dapat menerima berbagai pelajaran yang nantinya dapat digunakan untuk
bergaul dalam lingkungan masyarakat. Pelajaran di sekolah baik yang pelajaran
teori maupun praktek akan sangat bermanfaat bagi perkembangan individu di dalam
lingkungan non formal dan informal.
Dalam lingkungan pendidikan formal
ini seorang individu akan diajarkan banyak sekali pengetahuan yang belum pernah
ia miliki, dari pengetahuan pribadi, sosial, keagamaan sampai ke pengetahuan
yang berasal dari luar kebudayaannya. Di sini seorang individu akan mendapat
pengakuan dan legalitas dengan didapatkannya surat tanda tamat belajar setelah
ia berhasil melewati proses pembelajaran dengan kurun waktu tertentu.
Dengan pendidikan yang di dapatkan
dari sekolah , seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi
adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena
dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Sebuah buku yang baru terbit
berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001)
mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan
emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet
faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko
yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada
karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul,
kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20
persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).
Anak-anak yang mempunyai masalah
dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak
dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat
sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia
dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi
tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja
seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan
sebagainya.
Pendidikan karakter di sekolah
sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga.
Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya,
anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang
lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Selain
itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam
mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih
mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan
memberikan pendidikan karakter di sekolah.
Namun masalah, kebijakan pendidikan
di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan hanya baru-baru
ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai.
Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok
untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar
anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di
sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa
“bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi
dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk
“10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya
berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini
anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang
berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan
menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan
mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat
perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah.
2.
Pengaruh Lingkung Non formal
Para
ahli, baik Piaget maupun Kohlberg (Papalia, et.al, 1998; Parke dan Hetherington,
1994; Santrock, 1999; Singgih, 1991; Rice, 1993) nampaknya sependapat bahwa
orang tua mempunya peran besar bagi pembentukan dan perkembangan moral seorang
anak. Tanggunga jawab orang tua untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, budi
pekerti bahkan nilai religiusitas sejak dini kepada anak-anaknya akan membekas
di dalam hati sanubarinya. John Locke mengibaratkan bahwa hati dan otak pada
diri seorang anak masih berupa lembaran kertas kosong putih bersih (tabula
rasa). Lembaran itu masih bersifat murni, sehingga apapun yang terisi di atas
lembaran itu sangat tergantung dari orang tua bagaimana ia menulis, mencoret,
menggambar atau mewarnainya. Sementara itu, mendidik dan membimbing anak pun
merupakan sebuah seni tersendiri. Tergantung bagaimana tipe pola asuh yang
dipergunakan oleh orang tua dalam membimbing anak-anaknya, apakah ia
menggunakan pola asuh otoriter, permisif, demokratis, atau situasional.
Demikian
pula, pendidikan yang telah diterima sejak masa anak-anak akan mempengaruhi
pola piker dan perilaku dalam diri remaja. Karena itu, tidak bias diabaikan
peran dan tanggung jawab orang tua, yang kemudian mendapat pengaruh dari
lingkungan pendidikan (sekolah), media masa, maupun situasi social politik
Negara. Seorang psikolog yang mendirikan aliran ekologis. Urie Brofenbrenner
mengungkap bahwa microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan
cronosystem, memang mempengaruhi pola piker, dan perilau individu, termasuk
moralitasnya (Papalia, Olds dan Feldman, 1998;2001). Hal ini memang tergantung individu
sejauh mana ia menyikapi semua system tersebut. Makin terampil dalam menyerap
nilai-nilai positif dan menjauhi nilai-nilai negative, maka makin baik pula ia
dalam menerapkan nilai-nilai moral itu dalam kehidupan bermasyarakat.
Di
dalam keluarga individu dididik untuk menjadi seorang anak yang baik, yang tahu
sopan santun dan etika serta mempunyai moral sifat yang terpuji. Selain dari
keluarga pendidikan etika dan moral ini diperoleh juga dari pendidikan formal
di sekolah dan pendidikan informal di masyarakat.
Dari
mulai lahir seorang anak akan didik dalam lingkungan keluarga (non formal) dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti dan seterusnya hingga mereka dapat
mengerti benar tentang bagaimana cara hidup yang baik, berprilaku dan bersopan
santun. Selanjutnya seorang individu akan memasuki pendidikan Formal setelah
mengalami penggembelengan dalam lingkungan pendidikan keluarga.
3.
Pengaruh Lingkungan Informal
Lingkungan
pendidikan yang ketiga yang tidak kalah penting dan menjadi penentu berhasil tidaknya
pendidikan pada lingkungan pendidikan non formal dan formal adalah pendidikan
informal (pendidikan masyarakat). Di sini mereka akan bergaul langsung dengan
masyarakat yang mempunyai beraneka ragam sifat dan kepribadian. Mereka dituntut
untuk bisa mengaplikasikan hasil dari pendidikan keluarga dan sekolah. Di dalam
lingkungan pendidikan informal seorang individu akan diberikan pembelajaran
mengenai bagaimana menentukan sikap, bermusyawarah dan sebagainya.
Pendidikan
informal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar
dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap¸
seperti pada pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan informal pada
umumnya dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fasik sekolah, maka pendidikan
informal diidentik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan
informal dilakukan diluar sekolah, maka sasasran pokok adalah angota
masyarakat.
Sebab
itu program pendidikan informal harus dibuat sedermikian rupa agar bersifat luess
tetapi lugas, mnamun tetap menarik minap para konsumen pendidikan. Berdasakan
penelitian dilapangan, pendidikan informal sangat dibutuhakan oleh angota
masyarat yang belum sempat mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan
formal karena sudah perlanjur lewat umur atau terpaksa putus sekolah, karena
suatu hal. Akhirnyan tujuan terpenting dari pendidikan informal adalah
program-program yang didasarkan kepada masyarakat harus sejalan dan trintegrasi
dengan program-program pembagunan yang di butuhkan oleh rakyat.
Ketiga
lingkungan pendidikan baik Formal, Non Formal dan Informal sangat berpengaruh
besar terhadap perkembangan dan keberhasilan pendidikan seorang individu. Dari
uraian di atas jelas pembelajaran yang didapatkan dari seorang individu tidak
hanya berasal dari satu lingkungan pendidikan saja, melainkan dari ketiga
lingkungan pendidikan sehingga antara yang satu dengan yang lain saling
menyempurnakan dan akhirnya akan menghasilkan didikan yang ideal atau dalam
istilah lain akan dihasilkan seorang insan kamil (manusia yang sempurna yang
berguna bagi bangsa dan agama).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam sekitarnya.
Pendidikan diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal kemudian
mengolah informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan pendidikan sendiri dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Pendidikan Formal
2. Pendidikan Informal
3. Pendidikan Non Formal
Dalam
pergaulannya di masyarakat, individu harus mempunyai etika dan sopan santun.
Untuk mendapatkan pembelajaran sopan santun dan etika ini dimulai dari
pendidikan nonformal dalam keluarga, dari pendidikan formal di sekolah dan
pendidikan informal di masyarakat.
B. Saran
Untuk
peningkatan prestasi belajar individu dalam menempuh pendidikan yang
berkualitas, maka saran yang penulis berikan antara lain :
1. Meningkatkan ketertarikan individu
terhadap pendidikan dengan berusaha mengambil hikmah dan pelajaran yang berasal
dari ketiga lingkungan pendididikan.
2. Berusaha meningkatkan iman dan
taqwa, sehingga individu dapat berperilaku dan berbuat sesuai dengan ajaran
agama yang mulia.
3. Meningkatkan peran serta lingkungan
pendidikan semaksimal mungkin untuk dapat membimbing dan mengarahkan individu
untuk lebih berprestasi dalam pendidikan mereka.
Daftar pustaka
Bolandcapzlock 2011. “Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal
Dan Informal Terhadap Prestasi Pendidikan” http://bolandcapzlock.wordpress.com/
Sejathi 2011. Tujuan Pendidikan http://id.shvoong.com/social- sciences/education
/2108589-tujuan-pendidikan/#ixzz1QlE3dtDW
Iconhamzah 2011. Pengertian Pendidikan Nonformal http://id.shvoong.com/writing-and-\speaking/2147682-pengertian-pendidikan-
nonformal /#ixzz1QlbWJ9kS
Atmie aisty 2009. Pengaruh Pendidikan Keluarga Terhadap
Perkembangan Moral Remaja.http://aizholic.blogspot.com/2009/11/pengaruh – pendidikan- keluarga
terhadap.html
pondokibu.com. 2009. “ Dampak Pendidikan Karakter Terhadap
Akademi Anak “ http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak- pendidi kan
-karakter-terhadap-akademi-anak/
2 komentar:
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
agn18.wordpress.com
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
agn18.wordpress.com
Posting Komentar